Tapi secara pribadi saya melihat karakter baliho dengan embel-embel 2024 ini cukup percaya diri bahkan kepedean apalagi mengingat presidential threshold partai pengusung mereka jika sendirian maju tidak mencukupi dan perlu berkoalisi dan berkolaborasi dengan partai lainnya.
Lebih lucunya ada beberapa di antara politikus tersebut yang terus menampilkan narasi politik untuk digandeng sebagai calon presiden maupun wakil presiden dari beberapa periode ke belakang. Nahasnya belum berhasil karena pinangan partai lain kurang atau sosok tersebut kurang populer dan positif di mata masyarakat.
Entah baliho disebar dengan maksud memberi sinyal politik atau hanya gagah-gagahan agar lebih dikenal karena selama ini kurang populer atau karena alasan lainnya. Yang pasti tipe baliho ini memperlihatkan kadar "kepedean" sang calon di muka umum dan kurangnya empati apalagi di tengah perjuangan masyarakat menghadapi pandemi.
Membayangkan biaya pembuatan baliho jika dialihkan untuk membantu rakyat atau kebutuhan selama pandemi bagi rakyat tentu akan lebih bijak apalagi media elektronik dan media sosial saat ini lebih efektif dan hemat dibandingkan dengan baliho yang berbiaya tinggi dna terkesan mewah.
Kedua, Baliho Malu-Malu Tapi Mau
Jenis baliho politik kedua ini lebih menarasikan tentang ide, visi dan harapan secara umum bukan menuliskan kesiapan menuju 2024 secara langsung, meski tetap menampilkan muka politikus yang akan diusung pada pemilu 2024 nanti.
Tagline seperti Kepak Sayap Burung eh Kebhinekaan maksudnya, Nasionalis Religius,  dan lain sebagainya mengisyaratkan mereka menampilkan komunikasi politik bahwa mereka memegang prinsip-prinsip yang dianut partai atau kepentingan politiknya dan berharap nilai-nilai tersebut diserap dan mendapatkan simpati dari masyarakat.
Tipe baliho kedua ini cenderung agak netral dan paling banyak kita temukan, meski mungkin saja ada misi "politis" di dalamnya. Dibandingkan tipe percaya diri sampai kepedean di poin pertama, tipe kedua ini lebih menggunakan narasi yang lebih lembut dan kalem serta tidak menggebu-gebu dengan sasaran pemilu 2024.
Ketiga, Tipe Narasi-Kontribusi