Kalau tidak dia dengan barang bawaannya, bisa juga dikapling dengan cara tidur dan selonjoran. Tanpa mikir penumpang yang tak kebagian dan pusing mau duduk di mana selama penyeberangan.Â
Tanya ke ABK, katanya masih ada ruang duduk penumpang di lantai atas. Cuman ngga ada AC dan kondisi kursi ngga senyaman dan seempuk di kabin bawah.Â
Ya sudah ngga papa, toh juga ngga sampai 2 jam di atas kapal. Ada AC juga alias angin cepat...hehe.
Malah lebih enak disepoi-sepoi angin laut. Bisa senderan di dinding kapal sembari ngobrol sesama penumpang atau ngeliat view di sisi kapal. Meski goyangan ombak lebih terasa kalo di dek atas.Â
Ketika hendak dari Lombok ke Bali, heran sekali ngga ada pemeriksaan surat vaksin seperti dari Sumbawa ke Lombok. Apa karena malam menyeberangnya? Jangankan dicek, ditanya aja nggak. Cuma bayar tiket wajib pake kartu, ngga bisa uang tunai.
Sampai di atas kapal, tipikal penumpang kapling sesukanya juga ngga berubah. Siapa naik duluan ke kapal dia punya kemungkinan lebih dahulu dapat kursi ysng empuk serasa milik sendiri.Â
Yang terakhir masuk kapal celingak-celinguk setelah sampai di kabin penumpang. Berharap masih ada, tapi bila tidak, lantai kapal pun dialasi tikat atau koran....hehe.Â
Ironisnya malah itu jadi lahan bisnis ditawari sewa bed atau beli karpet dengan harga sekian. Kalau sudah kecapekan, ya apa boleh buat. Biar bisa istirahat dengan nyaman karena penyeberangan bisa 5 hingga 6 jam.
Berkaca dari pengalaman, mungkin ini yang bisa dibagikan:Â
1. Pada penyeberangan yang lama dan di malam hari, siapkan karpet praktis atau tikar untuk antisipasi bila tak kebagian bed di kapal.Â