Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Perjalanan Koteka Pesanan Bos, Menjelajah Udara, Laut, dan Darat

29 Agustus 2021   18:48 Diperbarui: 2 September 2021   20:32 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Just Sharing..."

Tanpa sadar pagi tadi buka laptop, nemu foto koteka. Seketika memori terbang ke 2013 silam. Ini pesanan seseorang yang dihormati. Saya spontan tertawa mengenang perjalanan kala membawanya. 

Dari Jayapura di ujung timur sana, transit di Makassar, lalu ke Denpasar. Kemudian terbang lagi ke Bandung, ke Jakarta, dan balik ke Bali. Belum berakhir, karena dari Bali di bawa ke Sumbawa melewati Lombok. Keliling separoh Indonesia. 

Sejumlah kejadian lucu dan miris menyertai. Mulai dari nyaris ketinggalan pesawat, ditipu sopir taksi, ditawari layanan PSK, hingga basah kuyup melindungi Koteka demi tanpa cacat ke hadapan pemesan. 

Btw, Koteka itu apa? Mungkin sebagian warga NKRI sudah mengenal. Koteka adalah pakaian khas pria dari suku-suku asli di kawasan Lembah Baliem Papua. Sebut saja Suku Dani, Suku Lani dan sejumlah suku lain. 

Fungsinya maaf, menutup organ kelamin laki-laki. Dibuat dari buah labu lokal yang memang tumbuh di sana. 

Meski kini sudah tak sebanyak dulu yang mengenakan, namun Koteka tetap menjadi oleh -oleh khas Papua yang kerap dibeli bila bertandang ke sana. Lebih lengkapnya, ada di referensi di bawah. 

Well.., semuanya berawal ketika mendengar bahwa saya hendak ke Jayapura di akhir  tahun 2013. Sejumlah teman dan sahabat, seperti halnya budaya di warga kita, minta dibawain buah tangan. 

Pokonya macem-mecem lah. Ada yang minta hiasan kepala dengan burung Cenderawasih, batik khas Papua, anyaman, tas noken, sagu, buah pinang sirih dan kapur, daun bungkus hingga sari buah merah dan Koteka. 

Dananya akan ditransfer setelah nyampe di sana dan melihat foto selfie pose saya dengan barang pesanan. Waktu itu jaman pake BB (Blackberry) sehingga saya harus mengirimkan ke beberapa grup BB dan mereka yang memilah dan memilih. 

Dokpri BB  2013_buah merah, pinang dan sirih serta kapur.
Dokpri BB  2013_buah merah, pinang dan sirih serta kapur.

Lucu juga yaa...Mana saya belinya di hari terakhir sebelum besok pagi nya terbang jam 7 Waktu Indonesia Timur. 

Dan itu pasar yang menjual koleksi oleh-oleh, bukanya ngga sampai jam 6 sore. Karena sejumlah agenda lain, nyampe sana sudah jam 4. Gercep dah. 

Untungnya jam 4 di Papua, di kawasan Indonesia Tengah dan Indonesia Barat masih jam 3 dan jam 2. Jadi teman-teman pada lihat lalu pilih dan transfer uangnya ke rekening saya. Yupp...akhirnya terbeli semua semua. Termasuk Koteka. 

Semua barang bisa dibungkus dengan baik dan rapih. Dibantu pelayan toko nya yang asli orang Bugis Sulawesi, namun sudah lama menetap di Papua. Aman dah. Tinggal masuk koper aja besok pagi. 

Yang agak ribet dan hati-hati adalah KOTEKA.Kuatir patah dan retak. Resiko bila masuk bagasi. Ampun dah pesanan orang yang dihormati. Jangan sampe pecah-pecah kayak hati yang diselingkuhi mantan

"Kaka, koteka ini bawa masuk kabin saja. Biasa dorang yang beli di sini juga begitu," kata Si Mbak berhijab itu dalam logat Papua. 

Baiklah kalo begitu. Kelar jam setengah 6 sebelum pada tutup semua toko di sana, saya sudah menumpang Taksi balik ke hotel. Persiapan buat besok jam 6 sudah di bandara naik Garuda terbang ke Bali transit via Makassar. 

Rentetan kisah membawa Koteka : 

1. Di Bandara Sentani Jayapura, Koteka tertinggal di ruang pemeriksaan X Ray dan Metal Detector.

Bandara Sentani sudah jauh berubah. Di tahun 2013 itu sudah dibuat berlantai dan kian modern. 

Di penghujung tahun, lumayan ramai arus mudik dan arus balik penumpang pengguna pesawat. Sehingga ada didirikan juga pos pelayanan dari Kepolisian Daerah. 

Dokpri BB
Dokpri BB

Karena Koteka ngga masuk bagasi, ditenteng ke ruang pemeriksaan. Ketika mengenakan kembali jaket, ikat pinggang dan jam tangan, saya cuma ambil ransel aja. 

Ketika panggilan penumpang masuk ke pesawat sudah terdengar, saya baru sadar manakala sudah mau naik pesawat.

Langsung putar balik ke ruang pemeriksaan. Sampai di sana, para petugas malah sedang mencari ini Koteka milik penumpang siapa. 

Mereka minta KTP saya untuk di foto sama nomor HP. Berjaga -jaga aja siapa tau saya bukan pemilik yang sebenarnya sehingga bisa dihubungi. Akhirnya saya penumpang terakhir yang ditunggu awak kabin..Hehe. 

2. Penerbangan ke Makassar , ngga bisa bergerak bebas di kursi gara-gara Koteka.

Ngga mungkin di taruh di loker pesawat karena kabin penuh penumpang dengan bawaan tas. Terpaksa selama 3 jam cuman dipangku aja...hehe. Kuatir kesenggol ke mana-mana. Ribetnya pas giliran makan.

"Mas, Kotekanya bisa ditaruh di bawah dulu, biar dikursinya bisa ditaruh makanan," kata Mbak Pramugari

"Ntar keinjek Mba," kata ku keberatan

Pramugari berinisiatif mengambil Koteka itu dan menaruh di ruang aman. Memberi kebebasan saya makan dulu kurang lebih 30 menit. Setelah selesai, dibereskannya dan dikembalikan.

 Sementara penumpang di kursi sebelah cuman senyum-senyum aja. 

Dokpri BB_transit di BU Hasanuddin
Dokpri BB_transit di BU Hasanuddin

3. Sampai di Bali tikung ke Bandung, gara-gara tiket tembakan. 

Saya baru tau ternyata bisa beli tiket murah di dalam bandara ke ticketing langsung. Entahlah mungkin ada penumpang batal terbang ato masih ada kursi tersedia, dijual murah sekitaran 400 ribuan. 

Harusnya balik langsung ke Sumbawa, ternyata dapat liburan lagi 3 hari karena stok cuti tahunan harus dihabiskan. 

Seijin atasan, saya putuskan ke Bandung karena belum pernah sama sekali ke sana. Kapan lagi, mumpung murah..hehe. 

Saya naik Air Asia berangkat sekitaran jam 6 nyampe jam setengah 9 an. Tetap boyong semua bagasi dengan Koteka tetap dalam pangkuan. 

4. Ditipu sopir taksi, yang plus plus ketuk-ketuk pintu kamar.  

Di luar Bandara Husein Sastranegara, sudah dikerubutin sejumlah jasa transportasi. Sudah agak malam, dan daripada cari-cari hotel mau nginap di mana, akhirnya di iyakan aja ketika seorang sopir taksi menyapa. 

"Ada hotel bagus . Mau ngga diantar ke sana, bayarnya 150 ribu," demikian tawarnya. 

Karena pengen istirahat, apalagi terbangnya dari jam 7 pagi, ikutin aja. Di bawanya mutar -mutar, ngga tau lewat mana saya juga buta Kota Bandung, akhirnya turun di hotel sekelas Melati. Nginap per malam 160 ribu. 

Kamarnya sederhana, kamar mandinya ada coretan di dinding beraneka topik. Tau sendiri lah ya. Saya karena cuman sehari dua hari, ngga  papalah. Toh saya pengen tau Bandung kayak gimana aja. 

Dua puluh menit kemudian, pintu diketuk. Bergegas buka. Berdiri seorang wanita muda, usia belasan tahun, rok mini, belahan dada terbuka, gincu merah. 

"Bang mau dipijat ngga? Pegal-pegal mungkin kelamaan duduk di pesawat,. Cuman 100 ribu kok, " tawarnya

" Hmm...Nggak lah, aku mau istirahat. Udah ya," kataku

Dalam hati, kasihan juga, masih muda-muda begini tapi sudah cari uang dengan versi mereka. Namun baru saja 20 menit dia pergi dan pintu di tutup, kali ini ada ketukan lagi. Siapa sih, aku beringsut dari ranjang. 

" Maaf Om, mau dipjat ngga, ato di  servis mungkin, bantuin aku Om, belum makan," kali ini seorang PSK bencong yang masih muda juga. 

Aku ambil uang 20 ribu dari dompet lalu berikan ke dia. "Nih buat makan," kataku. 

Setelah itu aku putuskan tidur aja. Kalo ada yang ketuk ketuk lagi, ngga akan direspon. Tapi dalam hati, mulai bisa mengerti. 

Ini Bandung kota besar sama dengan kota -kota besar lain di Indonesia. Mungkin ini cara bertahan hidup dan mencari uang pada segelintir profesi pekerja malam. 

5. Dari Bandung ke Jakarta, Koteka jadi kerumunan di warkop. 

Seharian penuh keliling Bandung, meski terbatas yang berdekatan lokasi penginapan. Cukuplah tuk sekedar pengetahuan aja. Sudah pasti macet di jam -jam sibuk, namun Bandung lumayan asri dan punya banyak pilihan kuliner. 

Besok siang check out, dibantu petugas hotel mencarikan taksi menuju pangkalan bis tujuan Jakarta. Saya lupa apa nama terminalnya. Jauhnya kurang lebih 40 menit dari hotel. 

Di sana dapat tiket seharga 60 ribuan. Berangkat jam 6 sampai Jakarta jam setengah 10 malam. Itu pun ngga  bisa langsung ke Bandara Soeta karena diturunkan di pinggir jalan. 

"Nanti abang ojek aja ke terminal bandara, bis ini ngga bisa masuk," kata sopirnya

Waktu itu belum ada Gojek,Grab dan lain-lainnya. Aku celingak celinguk nenteng Koteka bawa ransel sama koper.  Mampir di sebuah warung kopi dekat tempat diturunkan tadi. Mau ngopi sembari nanya-nanya arah ke Bandara.  

Ketika pengunjung di warkop itu tau ada Koteka yang dibawa, mereka pun berkerumun. Pada bertanya mulai dari cara menggunakan hingga bagaimana cara buatnya. Satu dua orang malah langsung memegang. 

"Eh jangan, nanti patah," kataku melarang. 

Maksud hati mau dapet informasi, malah dikerumunin. Mana saya juga ngga tau cara pakai nya karena seumur -umur ngga pernah mencoba. Akhirnya pamit cari ojek di luar warkop. Bayar 20 ribu ke Terminal Soeta. 

6. Jakarta - Bali pesawat, Bali-Lombok-Sumbawa basah kuyup ditambah ban motor pecah di kegelapan malam.

Karena pesawat yang ke Bali jam 5 pagi, jadi malam itu nginap tidur di ruang bandara. Itu koteka ngga pernah jauh dari pengawasan.

Besoknya jam setengah 8 nyampe di Bali. Pesanan oleh-oleh teman-teman, sudah saya kirimkan lewat ekspedisi darat ke alamat kantor dari Bali. Kecuali Koteka dan tas ransel di pundak.

Jam 12 sudah ke Pelabuhan Padang Bay untuk nyebrang ke Lombok dengan memakai motor via kapal Fery.  Ternyata panjang juga perjalanan. 

Dokpri BB_2013_naik fery siang hari
Dokpri BB_2013_naik fery siang hari

Udara, darat dan laut dilewati semua. Tapi saya sudah terbiasa semenjak tugas di Sumbawa. 

Toh sebelum-sebelumnya juga  seperti ini perjalanan dinasnya. Bila tak ada pesawat ke Sumbawa dari Lombok, ya naik travel aja 6 jam lewat darat dan lewat laut juga. 

Kapal tiba di Pelabuhan Lembar jam 7 malam, saya lanjut ke Sumbawa. Gas tipis-tipis. Satu jam sebelum Pelabuhan penyeberangan Kayangan, hujan lebat mengguyur. Meski bawa mantel, namun tetap melaju pelan -pelan agar Koteka ndak basah. 

Usai dihajar hujan, setelah nyebrang ke Pototano, menuju Sumbawa Besar ban motor pecah di tengah jalan. Itu sudah jam 12 malam. 

Hanya sekian persen berharap ada tambal ban buka jam segitu. Bersyukur ada seorang warga melintas dan memberi alamat penambal. 

"Ngga tau, mau ngga orangnya, karena sudah malam begini," demikian katanya. 

Berbekal keyakinan, meski agak jauh saya paksakan aja motornya di gas. Kalo robek ban dalam, biar sekalian ganti ban dalam. Ngga mungkin kan, saya dorong mana nenteng Koteka dan ransel di bahu. 

Puji syukur, meski harus diketuk pintunya dan memohon maaf karena sudah mengganggu, si penambal mau bantuin.

Dokpri BB_tambal tengah malam
Dokpri BB_tambal tengah malam

Sambil ngobrol, ternyata dia juga salah satu nasabah di kantor. Cuman karena banyak, saya juga ndak kenal per orang. 

Besok pagi, jam 9 sudah di kantor. Sorenya paket kiriman oleh-oleh dari Bali sudah diterima. Saya kemudian membagikan kepada yang mesan. Bagaimana dengan koteka ? 

"Makasih ya sudah dibawakan. Ini akan saya simpan sebagai kenangan," demikian katanya, ketika diserahkan langsung. 

Saya bersyukur aja bisa menuhin semua pesanan. Selain agenda perjalanan juga berjalan baik, bisa belok liburan ke kota lain. 

Tapi yang tak diduga, adalah kebaikan-kebaikan yang diterima kemudian. Bukan dalam bentuk yang identik, namun dalam versi yang lain. 

Tapi bukankah hidup memang demikian. Tak semua harus selalu dinilai dengan uang ato barang. Bersyukur dan jalani saja. 

Baca juga : Indonesia Jaya, Lagu Kebangsaan dengan Pesan Relevan Kekinian

Salam, 

Referensi : 

1. portalsains.org

2. Detik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun