Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ketika Jembatan Penyeberangan Orang Tak Lagi Jadi "Jembatan Cinta" dan Analisa Teknis Mengapa Dibangun

16 Juni 2021   14:46 Diperbarui: 17 Juni 2021   12:37 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Just Sharing....

Dari jauh jembatan itu kokoh membelah jalan utama di ibukota kabupaten. Menghubungkan Rumah Sakit Daerah di sebelah kirinya dan sebuah swalayan lokal yang cukup dikenal di kalangan warga. Saya penasaran dan kepengen melintas di atasnya. 

Kurang lebih ada 25 anak tangga untuk sampai ke atasnya. Terbuat dari rangka baja. 

Kala hendak melangkah, saya terkejut melihat seorang wanita berjalan tak di tengah jalur, namun berpegangan hati -hati di sisi jembatan. 

Botol bekas air minum kemasan berisikan air kencing warga berserakan di badan jembatan. Entah sudah berapa lama. Dinding dipenuhi tulisan jahil. Lantai sudah karatan dan berlubang- lubang. Pantas aja Si Mbak menempuh jalur tepian agar tak terperosok. 

Demi mengetahui seberapa parahnya, saya beranikan diri melintas juga. Bila Si Mbaknya tadi lewat tepian kanan, saya mengambil tepian kiri dengan tiang sandaran berbentuk pipa logam. Sembari berjalan dan memperkirakan dimensinya. 

Lebar jalur pejalan lebih dari 2 meter. Bentang jembatan atau istilahnya gelegar lebih dari 6 meter. Beberapa sandaran agak rapuh dan lepas, sehingga sangatlah berhati -hati bila memegang di sana. 

Dokpri_buangan urin dalam botol
Dokpri_buangan urin dalam botol
Dari atas, kemudian turun ke bawah. Tampak jelas bolong-bolongnya terlihat. Tinggi jembatan di atas jalan raya lebih dari 5 meter. Sudah pasti lebih tinggi dari tinggi kendaraan jenis truk atau bis. 

Selama kurang lebih satu jam di sana, hampir tak ada pejalan kaki yang melintas. Sudah pasti dengan tampilan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang gagah di luar namun rapuh di dalam, bisa tak aman bagi para pengguna. 

Pertanyaannya mungkin, apakah di kota Anda ada pemandangan JPO serupa? Ataukah sudah berubah menjadi lebih nyaman, sehingga fungsinya dirasakan warga. 

Ironisnya, JPO dan fasilitas publik lainnya yang dibangun pemegang kebijakan, tujuannya salah satu adalah didasari akan kepedulian pemerintah akan kebutuhan. 

Selain itu, secara teknis juga sudah dianalisa, pada masa sekarang atau bisa juga prediksi kebutuhannya di masa mendatang seiring perkembangan kota dan pertumbuhan jumlah penduduknya. Termasuk pendiriannya dan anggaran yang sudah dianggarkan pada saat membangun nya dulu. 

Dokpri
Dokpri
Padahal betapa indahnya pemandangan sudut -sudut kota ini bila diabadikan dengan kamera. Dengan tren foto ala -ala selfi dan instagramable saat ini, potensi JPO ini bisa diberdayakan sebagai ikon kota sekaligus obyek wisata city tour. 

Lokasinya yang berdekatan dengan taman kota, bandar udara, dan kantor kabupaten,wah...itu potensial bangett. Apalagi bila ruang dan lahan di sisi -sisi jembatan ada lapak kuliner, dimana warga bisa mengambil spot foto sambil menikmati hidangan lokal dikemas nusantara. 

Dokpri-dari atas JPO ke arah timur
Dokpri-dari atas JPO ke arah timur
Dokpri_atas JPO ke arah barat
Dokpri_atas JPO ke arah barat
Alasan teknis dan analisa perencanaan mengapa dibangun JPO

Sekadar mengingat ilmu Perencanaan Fasilitas Transportasi Kota saat kuliah dulu, pembangunan JPO dibangun dengan sejumlah pertimbangan. Salah satunya menghindari tabrakan, atau istilah teknisnya disebut konflik, antara pejalan kaki dengan kendaraan. 

Pada JPO ini, terdapat RSU (Rumah Sakit Umum) di sisi kanan dan sebuah SMA Negeri. Di sisi kirinya ada swalayan, sejumlah hotel dan kantor kabupaten. 

Di tengah jalan ada median (pemisah) jalan utama. Memang agak sulit untuk pejalan kaki melintas karena dulunya jalan ini berdasarkan info warga, adalah satu-satunya jalur lintas kabupaten lintas propinsi. Kini sudah dibangun jalan alternatif lain di sisi selatan sehingga mengurangi arus lalu lintas. 

Dokpri_tampilan JPO dari jauh
Dokpri_tampilan JPO dari jauh
Umumnya fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki itu ada dua jenis, yakni penyeberangan tak sebidang seperti JPO ini, dan penyeberangan sebidang seperti zebra cross atau pelikan lampu. Dibilang tak sebidang karena dibangun tak satu bidang dengan jalan alias beda ketinggian. 

Menganalisa apakah perlu dibangun JPO atau tidak, dibutuhkan sejumlah data hasil penelitian atau survei langsung ke lokasi. 

Dari data -data yang diperoleh, akan disandingkan dengan ketentuan soal persyaratan JPO sendiri yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang. Dalam hal ini kementerian perhubungan atau dirjen transportasi. 

Dari pengalaman semasa kuliah dulu, ada buku dan referensi WAJIB, seperti MKJI 1997, tata cara perencanaan struktur jembatan khusus pejalan kaki, dan lain-lainnya. Menariknya, hampir semua universitas menggunakan yang sama sebagai standar referensi. 

Baik dalam tugas perencanaan Jalan Raya, menentukan tebal lapisan permukaan aspal, hingga perencanaan fasilitas transportasi, semacam JPO misalnya. 

Prosedurnya kurang lebih seperti ini :

1. Ngumpulin data. 

Yang diperlukan biasanya data geometrik (lebar jalan di lokasi, satu arah apa dua arah, dsb). Berikutnya data lalu lintas, berapa kendaraan roda 2, roda 4 , termasuk sepeda dan pejalan kaki yang melintas pada jam -jam sibuk. 

Alatnya bisa manual kertas boolpen, stopwatch atau counter.  

Dibilang jam sibuk adalah jam -jam puncak dimana ramai dan padat lalu lintas. Umumnya pagi hari (jam 6 -jam 9), siang (jam 11-jam 2), sore (jam 4 -jam 7). 

Data diperoleh tak hanya dalam 1 hari, tapi bisa 3 hari atau 4 hari berturut-turut,kadang dengan memasukkan hari weekend seperti Sabtu ato Minggu, dimana biasanya ramai. Pernah amati kan, ada yang duduk -duduk di pinggir jalan, lagi ngitung-ngitung, nyatat-nyatat...Itulah namanya survey lalu lintas.

2. Menganalisa data. 

Data -data yang diperoleh akan dianalisa dan dihitung. Hasil perhitungan akan disesuaikan dengan persyaratan apakah sudah layak dibangun JPO, atau hanya cukup dengan zebra cross saja,  atau bisa juga dipending dulu sembari memantau perkembangannya di masa mendatang. 

index-60ba2037d541df7ce17ac412.png
index-60ba2037d541df7ce17ac412.png
Sumber: Departemental Advice Note TA/10/80 dalam Idris, Zihardi, 2007
Sumber: Departemental Advice Note TA/10/80 dalam Idris, Zihardi, 2007
Tabel di atas ini, adalah tabel yang banyak diacu oleh peneliti, dan juga para mahasiswa yang melakukan TA (Tugas Akhir) dalam merencanakan atau mengusulkan sebuah JPO di lokasi yang dituju. 

Rekomendasi JPO biasanya bila nilai perkalian PV kuadrat lebih dari 10 pangkat 10, dimana P = rata-rata volume tertinggi pejalan kaki pada jam puncak, V= rata -rata volume terbanyak kendaraan yang melintas pada jam puncak. 

Bila hasilnya kurang, akan menggunakan rekomendasi yang ada. Atau bisa menghitung prediksi JPO di masa depan sebagai usulan. 

3. Mengusulkan hasil penelitian kepada pemegang kebijakan di daerah. 

Rekomendasi JPO akan dibawa ke pemerintah atau instansi yang mewadahi di daerah. Namanya usulan bisa ditampung dulu, atau dipending menunggu ketersediaan anggaran karena pembangunan JPO juga membutuhkan dana.

Bila sering terjadi konflik yang membahayakan pejalan kaki dan pengemudi di lokasi penelitian, bisa jadi lebih cepat direalisasi. 

4. Menyesuaikan tata cara membangun dan mendirikan JPO secara struktur. 

Ini adalah tahapan berikutnya. Bila dana ada, pihak pembangun akan berkoordinasi dengan dinas terkait, sehubungan standar struktur bangunan dan estetikanya, mengacu aturan yang ada, seperti pada referensi di bawah. 

Untuk estetikanya dan peruntukkannya setelah dibangun, biasanya dibuat oleh teman-teman Arsitek, apalagi bila fungsi itu akan menyatu kelak dengan arsitektur kota itu sendiri. 

Harapannya JPO di kota-kota di Indonesia, menjadi "Jembatan Cinta". Dicintai karena diberdayakan dengan maksimal, dan bukan dibiarkan tak terawat. 

Salam transportasi Indonesia

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun