Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada 2020 dan Tahun Baru 2021, Makin Banyak "Orang Terhilang" yang Butuh Ditemukan

31 Desember 2020   18:19 Diperbarui: 31 Desember 2020   19:30 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rutinitas kehidupan di ibukota_dokpri_2019

People need The Lord...

Quote di atas adalah salah satu judul lagu Gospel. Di kalangan Kristen, lagu tersebut cukup populer. Terbukti dengan disadur lirik nya dari versi Inggris ke Bahasa Indonesia, makin mengena dan kian akrab di telinga umat.Kerap dinyanyikan oleh beragam usia, tua muda, baik dalam tampilan solo, duet maupun maupun vokal grup. 

Tiap hari kutemukan mereka yang terhilang
Hidup yang tak menentu arah tujuan
Dalam tawa mereka tersimpan duka
Namun Tuhan mendengar tangis mereka....

Pada helatan Natal dan  kebaktian tutup tahun di tanggal 31 Desember atau ibadah pertama di awal tahun pada Bulan Januari, di tahun -tahun sebelum tahun 2020, biasanya lagu ini kerap dijadikan sebagai lagu pengiring altar call atau penutup khotbah. Bisa jadi lantaran lantunan lirik-liriknya mengena pada hati dan jiwa umat. 

Terutama mereka yang sepanjang tahun mungkin merasa jauh dari Sang Pencipta atau hidupnya bergelimang dengan apa yang di luar manis, namun pahit di dalam. Mengejar apa yang dirasa bisa mendatangkan bahagia, namun yang muncul selalu adalah perasaan tak puas. 

Menggantungkan rasa aman pada harta, jabatan, bisnis, bahkan pada manusia, namun mana kala semua itu lenyap (mungkin oleh sebab Covid), hidup terasa bagai anak kucing kehilangan induk. Hilang arah. 

Kisah anak hilang bercerita soal sosok seorang Bapak dengan 2 anak laki-laki. Si Sulung tipe anak yang sedia ada di samping orang tuanya. Siaga membantu sang Bapak dan menjadi tangan kanan dalam usaha milik keluarga. Si bungsu sebaliknya, seorang yang suka foya-foya dan dengan lancang meminta hak warisan harta meski Sang Ayah belum meninggal. 

Ketika terkabul keinginannya, dia meninggalkan rumah orang tua demi menghabiskan pemberian tersebut. Segala kenikmatan dunia dicobanya hingga hidupnya berujung miskin. Tak ada yang tersisa. Bahkan untuk makan, rela makanan sampah. 

Dalam kondisi sangat terpuruk demikian, teringat dia akan rumahnya. Sadar bahwa pilihan dan tindakannya, sebuah kekhilafan besar. . 

Dengan menyesal dan malu,dia berusaha menguatkan langkahnya tuk pulang ke rumah Ortu. Dalam hatinya mungkin terbesit pemikiran seandanya keluarganya sudah tak mau menerima dia lagi karena kesalahannya, ya sudahlah. 

Que sera -sera. Apapun yang terjadi nanti, terjadilah. Yang penting niat minta maaf dan mau memulai yang baru dari nol.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun