Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada 2020 dan Tahun Baru 2021, Makin Banyak "Orang Terhilang" yang Butuh Ditemukan

31 Desember 2020   18:19 Diperbarui: 31 Desember 2020   19:30 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rutinitas kehidupan di ibukota_dokpri_2019

Singkat cerita ternyata Sang Ayah mewakili keluarga, menerima dengan senang hati. Anak yang hilang sekian lama, dirindu-rindukannya,kini telah balik setelah sadar ujungnya tak bahagia. 

Meski respon penerimaan sang bapak menyisakan duka di hati si sulung, yang merasa bahwa kesetiaannya bertahun menjaga orang tua, ternyata beliau lebih menyayangi si bungsu dibanding dirinya.

Pandemik dan 'Orang Terhilang', Balada di 2020. 

Hampir 10 bulan berlalu, sejak Maret 2020 hingga di penghujung Desember 2020, kita sadar bahwa oleh pandemik, banyak hubungan antar manusia terputus. Terisolasi secara sadar. 

Bukan pada tataran online, tapi pada hubungan off line alias kontak fisik. Beraneka pertemuan formal maupun non formal semacam ajang kopi darat,menjelma ke ajang jumpa lewat layar webinar. 

Tak masalah. Masih bisa say hello,lihat wajah partisipan lain, tanya tanya kabar dan bisa ngechat dan komen juga. Namun tanpa disadari, perlahan-lahan, dengan berjalannya waktu, ngerasa ngga hidup menciptakan tembok dan bilik yang dibangun orang per orang. 

Realitanya orang bisa ngetik: ha hah ha di WA atau memberi emoticon ketawa, tapi siapa sangka dia ternyata lagi bergelut kesedihan. Berada di titik kriitis dalam kehidupannya dan menyamarkan agar tak diketahui. 

Ketika gelombang PHK menghantam pelan -pelan dunia investasi, berapa banyak yang tau  Si A, Si B atau SI C , akan kemana melabuhkan hidupnya? Bagaimana dia berjuang menafkahi kebutuhan dasarnya? Mungkin tak terjadi pada diri kita atau keluaga terdekat, tapi realitasnya banyak di luar sana tenggelam dalam kesusahan di saat yang lain masih makan enak tidur nyenyak. 

Tak sedikit warga atau mungkin diri kita sendiri, kesulitan menghadapi jatuh tempo pembayaran beraneka angsuran dan cicilan, ini dan itu, sementara tuntutan kehidupan masih sama besar porsinya dengan sebelum pandemik melanda. 

Berita resesi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat ditambah hingar bingar politik, jauh lebih kuat menyapa keseharian warga dibanding kepedulian langsung dalam bentuk tindakan. 

Tanpa sadar, pelan namun pasti, bila pandemik ini berlarut-larut dalam ketidakpastian, cepat atau lambat, semakin banyak dinding sosial terbentuk antar pribadi. Ibarat sekat penjara, kehidupanku dengan rasa amanku, kehidupanmu dengan rasa amanmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun