" Itu kan baru kemarin (dibagi) di grup. Yang dari Bulan Maret soal protokol karyawan dengan gejala pilek dan radang tenggorokan ," kata saya. Kali ini agak keras nadanya
" Tapi saya kan tak naik suhu badannya Pak. Tadi pagi saya cek normal aja di bawah 37 derajat," kilahnya
Daripada panjang pembicaraan, saya panggil salah seorang sahabatnya di kantor sesama rekan kerja. Meminta besok temani dia ke puskesmas andai dia sendiri takut ke rumah sakit. Sudah lebih dari 10 hari dia merasa tak nyaman di tenggorokan karena takut berobat ke klinik atau kerkunjung ke dokter. Kuatir didiagnosa terpapar corona. Apalagi bayangan soal isolasi 14 hari di rumah sakit.
" Takut saya Pak," jawabnya dengan sedikit ekspresi bergidik
Dalam hati, dikira saya dan teman -teman lain di kantor tak takut juga dengan kebiasaan batuk -batukmu. Orang lain pilek dan tiba -tiba meler saja, meski sehari, sudah pada dag dig dug. Bukan dag dig dug lantaran jatuh cinta yang berjuta rasanya seperti lirik lagunya eyang Titik Puspa. Tapi dag dig dug karena detak jantung meningkat.Pikiran berperang dengan kekuatiran. Jangan -jangan ini gejala virus corona.Â
Dua Pilihan Bagi Karyawan
Karyawan yang sakit dengan gejala awal sama dengan gejala Covid, adalah baik tak memaksakan diri bekerja. Mengapa? Karena aturan manajemen dari awal pandemi, sudah jelas. Sebelum kebijakan new normal yang mau diberlakukan sekarang.Â
Pertama, ijin pada atasan agar beristirahat di rumah. Konsumsi makanan dan nutrisi sehat tuk perkuat imun tubuh. Kedua, bila gejala masih terasa, berobatlah ke dokter atau ke klinik. Ketiga, meminta kepada teman lain untuk menggantikan beban kerjanya atau atasan dan manajemen yang melakukan rotasi atau pengalihan sehubungan dengan itu.Â
Karyawan jangan takut. Apalagi pikirannya dipenuhi kekuatiran. Bagaimana bila saya di diagnosa corona. Membayangkan dijemput mobil ambulans. Petugas penjemputan memakai seragam APD lengkap. Lalu akan di karantina sekian hari di rumah sakit. Ujung -ujungnya kebayang akan meninggal dan dimakamkan dengan cara seperti tayangan di video -media sosial itu.Â
Takut Ah. Lebih baik tak berkunjung ke puskemas. Mending pake jamu dulu atau ramuan turunan resep orang tua. Berharap sembuh namun kondisi tak membaik. Eh malah masuk kerja dan batuk -batuknya 'nebeng' terus.Â
Tak sadarkan bahwa itu malah bikin tak nyaman rekan -rekan lain di kantor. Tak mengertikah bahwa keabaianmu malah membuat orang lain termasuk klien, relasi dan pelanggan di kantor malah jadi 'sungkan' dengan irama batukmu. Di satu sisi merasa iba. Di sisi lain, mungkin malah menyalahkan manajeman perusahaan lantaran dinilai memaksakan anak buah bekerja dengan kondisi kesehatan terganggu.