Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Pakai APD Lengkap ke Swalayan, Social Distancing Antara Si Kaya dan Si Miskin

31 Maret 2020   16:11 Diperbarui: 2 April 2020   11:44 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:tribunjatimnews

Yang berstatus pegawai dan pekerja formal, mengandalkan SK dan fasilitas perusahaan seperti BPJS, pensiun, pesangon dan lain sebagainya dari tempat dia bekerja. Hitung-hitungan masih lebih 'untung' dibanding pekerja non formal seperti karyawan rumah makan, karyawan swalayan dan wiraswasta non formal seperti Si Bibi Tukang Jagung Bakar ini. Bila dagangan berkurang laris lantaran tak lagi banyak pembeli ditambah pengeluaran tabungan bak peluru terakhir yang ditembak ke arah musuh tuk berlari keluar dari zona bahaya,amunisi apa lagi yang mesti dipakai untuk bertahan.

sumber:BPS_data sosial ekonomi_2019
sumber:BPS_data sosial ekonomi_2019
Libur 14 hari terasa manis kala pertama kali diumumkan. Anak -anak senang, orang tua bahagia. Yang sedih atau lebih tepatnya sedikit sedih, adalah para pengusaha lantaran pemasukan dan produksi menurun.

Apa mau buat, memang itu adalah salah satu pilihan terbaik untuk menekan penularan virus, tepat seperti yang dilakukan warga negara di belahan dunia lain. Andai semua negara mengeluarkan kebijakan itu, ada rasa 'nrimo' dan rela, toh manusia di benua lain juga melakukan hal yang sama. 

Rambut boleh sama hitam, kulit boleh sama warnanya. Namun soal penghasilan dan tabungan plus kekayaan, sudah pasti tak sama. Beruntung mereka yang tergolong the have alias kaya bin mampu. 

Tak hanya aman dalam sarangnya DiRumah Saja, untuk membeli perlengkapan sanitasi diri dan APD atau istilahnya alat pelindung diri, mereka tak kewalahan. Dari yang murah sampai mahal, mereka mampu. Mulai dari yang tutup atas seperti masker sampai tutup semua badan layaknya astronot, mereka bisa bahkan lebih dari mampu. 

Bagaimana dengan Bibi Si Tukang Jagung Bakar itu dan teman -teman nya yang garis mata pencahariannya berkutat seperti itu. Hari ini kerja buat makan hari ini dan kebutuhan lain hari ini. 

Besok kerja lagi untuk rutinitas biaya harian. Bila 14 hari seperti itu, bagaimana dapat memenuhi tanggungan. Jangankan tanggungan sendiri, tanggungan keluarga wallahualam dah. Beli masker biasa dan desifektan bisa di awal -awal pencegahan, namun andai tak jua mereda epidemi corona, harus berapa lagi anggaran yang harus dikeluarkan. 

DiRumahSaja biaya nya tak sama dengan bekerja di luar rumah di instansi atau menggelar dagangan sendiri. Saat bekerja di kantor, bisa beli makan siang dengan harga yang jauh lebih murah hitungan ekonomisnya. Misal satu porsi nasi campur di Sumbawa NTB dengan harga 20 ribu, sudah dapat ayam goreng dada, sambal tempe, tumis sayur kacang panjang, mie goreng dan sambal. Sekarang hitung dah bila harus memasak nasi, mmbeli ayam dan menggorengnya, juga membuat tambahannya yang lain itu. Sudah pasti biayanya lebih besar dari 20 ribu yang sekali makan saat kerja di luar. 

Mesti beli minyak goreng, biaya kompor gas, anek bumbu dapur dan lain sebagainya. Ditambah energi yang dikeluarkan untuk mempersiapkan dan meramu menjadi sajian. Psikologis manusia, saat DiRumaSaja, tubuh akan meminta asupan lain untuk mendatangkan efek santai pada badan. Akibatnya, aneka camilan diborong dan berbagai minuman untuk menemani santai sembari nonton film. dengar musik, baca buku. Luar biasa. Itulah dampak DiRumahSaja yang menguras kantong. 

Tak masalah bagi kalangan mampu. Miris bagi kalangan tak mampu. Jadi mendengar dan membaca segelintir orang yang mengenakan APD lengkap belanja di swalayan, apa yang ada dibenak orang miskin alias tak mampu secara keuangan. Betapa babak belurnya kalangan tak punya berjuang membeli pertahanan diri berupa masker dan sanitasinya, sedangkan kalangan mampu wara -wiri di swalayan dengan APD lengkap yang harganya bisa cukup untuk biaya bulanan makan mereka. 

APD tak sebatas masker. APD lengkap dengan baju, sepatu, topi, sarung tangan dan kacamata, penggunanannya untuk sekali pakai. Ironisnya, di kala kalangan medis sulit mendapatkannya, kok ada warga yang menggunakannya. Lebih prioritas mana, untuk warga yang sebenarnya tak perlu -perlu amat APD lengkap ataukah tim medis yang bertarung bahaya terpapar virus. Bila warga lokal berusaha membentengi diri dengan APD lengkap terhadap sesamanya yang belum pasti tertular, bagaimana dengan tim medis yang sudah pasti lebih beresiko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun