Jadi di saat itu, pada Hari Raya Idul Fitri, saya dan kakak saya yang tidak beragama islam, diajarkan secara tidak langsung oleh orang tua kami untuk 'pegang tangan" ke teman - teman bermain kami yang orangtuanya adalah teman kerja orang tua kami yang merayakan Hari Lebaran.Â
Pada saat saya dan kakak saya berkunjung, kami disuguhi kue dan juga aneka masakan.Â
Demikian juga pada Hari Raya Galungan, saya dan kakak saya berkunjung ke teman kami yang namanya Ketut (rumahnya berjarak 3 rumah dari rumah kami).Â
Di usia yang masih bocah itu, saya jadi tahu nama - nama orang Bali karena teman - teman kami yang bernama Bali) ...he...he..
Saya lihat bangunan tempat persembahyangan yang biasanya ada di rumah - rumah orang Bali. Pun juga orang Batak, dari kecil saya jadinya mengerti kalau orang batak itu ada yang muslim ada pula yang kristen.Â
Teman kami orang Manado yang rumahnya di depan kami, mereka merayakan Natal sama seperti kami. Saya akhirnya tahu yang namanya orang Manado itu berkulit putih, dan kalau Hari Natal biasanya kami diberikan bubur manado.Â
Selain Bapak, kakek saya juga PNS di kabupaten (pemkab namanya sekarang). Atasan bapak dan kakek saya di kantor ada yang orang Jawa dan juga orang Bali.Â
Jadinya di masa kecil, pada hari lebaran, orang tua dan kakek saya akan mengajak kami cucu - cucunya ke rumah pimpinan mereka untuk 'pegang tangan'.Â
Kami dikenalin dan mengenal. Maksudnya, kami dikenalin ke 'bos' bapak dan kakek, kami juga secara tidak langsung mengenal bagaimana masakan orang Jawa dan orang Bali.Â
Akhirnya dari kecil saya tahu yang namanya rawon ayam, tari bali, blangkon jawa, dll. Bahkan setelah bapak dan kakek saya almarhum, Mama masih terus membawa saya dan kakak saya berkunjung di hari raya, kadang mereka 'bos' bapak dan kakek yang mengajak kami untuk datang.Â
Pengalaman - pengalaman itu sangat berkesan untuk saya.Â