Mohon tunggu...
D. Adnindya Amalia
D. Adnindya Amalia Mohon Tunggu... lifelong learner.

Saya adalah content writer yang juga alumni sebagai mahasiswa S1 Pendidikan IPS dan Profesi Pendidikan Guru IPS. Selain tertarik pada dunia kepenulisan, saya juga tertarik pada seni digital, dan editing foto video. Saya menuangkan gagasan dan minat saya juga dalam bentuk tulisan, terutama seputar musik, film/series, opini pribadi, kesehatan mental, dan isu-isu pendidikan. Menulis bagi saya bukan sekadar hobi, tetapi juga ruang ekspresi dan refleksi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jangan Hanya Mendengarkan Apa yang Ingin Didengar

2 Juli 2025   20:56 Diperbarui: 2 Juli 2025   20:56 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Truth may be painful.

Atau..., benarkah? Mungkin itu hanya perasaan kita sendiri saja. Lalu, mengapa kita ingin kabur dari kenyataan-kenyataan yang ada? Kenyataan bahwa banyak orang yang berkeluh-kesah di sekitar kita. Kenyataan bahwa banyak orang yang membutuhkan bantuan. Kenyataan bahwa kita "gatal" untuk memakmurkan tolong-menolong dalam kebajikan dan gotong-royong.

Memang, kita tidak bisa mengulurkan tangan untuk semua yang butuh. Kita pun harus bisa memilah dan memilih untuk siapa uluran tangan kita ini. Memang, kita seharusnya mengadukan segala kesusahan dan kesedihan kita hanya kepada Tuhan. Akan tetapi, jika itu berkaitan dengan tanggung jawab sosial, tidak bisakah kita mendahulukan orang lain? Tidak bisakah kita mendengarkan?

Jika kita hanya mendengarkan apa yang kita mau, kita tidak akan bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Jika kita hanya mau mendengar yang enak-enak saja, kita tidak akan berkembang. Tidak akan ada perubahan di sekitar kita.

Dengarlah, bahkan biarpun kita hanya mencuri untuk mendengar. Semua yang kita dengar tidak selalu menyenangkan, tidak bisa membahagiakan. Namun, bila tercetus ide untuk memperbaiki, terutama memperbaiki diri sendiri, kontribusi kita akan berpengaruh luas. Semua itu dari mendengarkan.

Dengarlah agar kita dicintai dan mencintai karena Tuhan, Sang Pemilik Cinta.

Aku selalu ingin mengingatkan bahwa orang tahu cara memimpin dari mengetahui cara dipimpin. Bukan, itu bukan dogma sembarangan. Ketahuilah, pemimpin adalah pelayan untuk suatu kelompok yang dipimpinnya. Pelayan yang harus bisa mendengar suara hati atasannya, yakni rakyatnya. Pelayan yang berempati terhadap sekitarnya dari mendengarkan. Pelayan yang punya ambisi untuk membuat lingkungan dalam jangkauannya lebih baik. Dan, pelayan tidak harus berada dalam sorotan.

Kalau kita tidak mau memahami; kalau kita tidak mau mendengarkan, adakah pekerjaan kita nanti saat menjadi pemimpin?

 

Somewhere out there, someone just wants to be heard.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun