Mohon tunggu...
D. Adnindya Amalia
D. Adnindya Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan UM

All we need is freedom. Be humble, be kind, be the ♡.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Para Santri Modern

23 Oktober 2021   18:30 Diperbarui: 23 Oktober 2021   18:32 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peralatan yang digunakan untuk memudahkan setiap pekerjaan manusia semakin hari semakin bertambah dan semakin canggih di era globalisasi. Mulai dari radio hingga tablet pc. Gaya hidup yang modern mulai meluas ke seluruh penjuru dunia. Dalam masyarakat, kaum muda yang tergila-gila oleh teknologi yang memanjakan mereka. Bahkan, sudah mulai memasuki dalam lingkup pesantren.

Santri di era 5.0 harus punya banyak habit, experience, berpendidikan dan juga mengikuti perkembangan teknologi terkini. Bukan hanya bisa membaca kitab kuning atau mengafal Al-Qur'an saja. Santri modern juga harus bisa berbahasa asing, minimal menguasai dalam bahasa arab dan bahasa inggris. 

Jika menguasai bahasa lebih dari itu, sangat bersyukur. Misalnya, bahasa mandarin, bahasa korea, bahasa belanda, dan lain-lainnya. Dengan berwawasan luas, fleksibel, lugas, dan banyak bergaul dengan berbagai macam kalangan masyarakat juga disebut sebagai santri modern yang hidup di era 5.0.

Untuk mencapai di era 5.0 para santri harus membuka diri dengan menyiapkan strategi. Kemudian santri sebagai agen perdamaian nasional dan internasional (rahmatan lil alamin) seperti yang dicita-citakan Islam, santri harus berkembang ke dunia luar yang lebih luas. Tudak hanya memasuki ke dunia digital, tapi juga kekuatan masyarakat yang turut dilibatkan.

Jika santri zaman dahulu yaitu orang yang menempuh pendidikan agama di Pondok Pesantren selama bertahun-tahun lalu pulang ke tempat tinggalnya hanya sebulan sekali. Tapi santri di zaman sekarang bisa belajar terutama agama melalui majelis taklim yang tidak sampai menginap di pondok pesantren. 

Karena siapapun yang sedang belajar ilmu agama bisa dikatakan sebagai santri. Namun tetap ada kelas-kelasnya. Ada santri tradisional yang menginap di Pondok Pesantren berkamar sederhana dan masak sendiri. 

Ada juga santri binaan yang narapidana di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) yang menjadi pelajar. Disana mereka merupakan para waria dan tuna susila yang sudah maupun sedang bertaubat.

Selama mau belajar dan mematuhi pesan-pesan baik Kiai, maka siapapun boleh menjadi dan bisa disebut sebagai santri.

Oleh karena itulah, santri diharuskan mampu untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh keberadaan industri 5.0. Menghadapi tantangan dan peluang yang muncul bersama dengan industrial 4.0, santri dituntut juga untuk bisa menemani dan mengikuti perkembangan yang sesuai dengan kemajuan dan tidak tertinggal oleh perubahan yang terjadi di dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun