Mohon tunggu...
A.I
A.I Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Senang membaca, sepakbola, juga bertualang. Saat ini sedang menjalani tahapan industrialisasi pendidikan sebagai: Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Jurnalistik) Semester IV

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Valentine untuk Munir

17 Februari 2017   21:34 Diperbarui: 17 Februari 2017   22:06 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimana cara agar perayaan Hari Valentine di Indonesia bisa bermakna positif?

Tak bisa dipungkiri jika Hari Valentine, memicu pro-kontra di Indonesia. Apalagi semenjak banyaknya beredar ulama-ulama kontemporer--yang berasal dari Pesantren Google—berseliweran di media sosial. Tanpa membuka tafsir, mereka mampu memfatwa: sesat, kafir, halal dan haram. Di negara ini memang vonis semudah memainkan keyboarddi smartphone.

Kerelaan Saint Valentine untuk mati demi mewujudkan cita dan cinta para prajurit Romawi Kuno, harusnya bisa dipandang dengan sudut yang lebih luas. “Segala hal yang terjadi, pasti memiliki nilai positif” ujar Emha Ainun Nadjib dalam sebuah ceramahnya. Begitu pun dengan Saint Valentine. Secara substansial, apa yang dilakukannya adalah sebuah muslihat perlawanan pada pemerintah yang oportunis.

Harus diakui bahwa perayaan hari Valentine bukanlah budaya leluhur Indonesia. Namun, nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Saint Valentine, sudah sejak dulu ada di Indonesia. Tidak satu-dua Saint Valentine yang lahir di Bumi Pertiwi. Ambil contoh: Munir—yang rela mati demi tegaknya kemanusiaan—juga patut dirayakan.

Apa yang terjadi pada Saint Valentine dan Munir adalah sebuah kepadanan. Mereka sama-sama dibunuh—saat coba melawan tirani—demi mewujudkan nilai kemanusiaan yang kaffah. Lalu mengapa di Indonesia gaung 14 Februari lebih terasa, dibanding 7 September—yang merupakan hari kematian Pahlawan Kemanusiaan negeri ini sendiri? Sudah lupa?

Saint Valentine; Munir Said. Selamat Hari Valentine; Selamat Hari Kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun