Mohon tunggu...
Adiyoso Adiyoso
Adiyoso Adiyoso Mohon Tunggu... Desainer - Artpreneur

ARTPRENEUR, Aktivis seni, budaya dan politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Dul Ingin jadi Menteri!

23 Juli 2019   12:54 Diperbarui: 23 Juli 2019   13:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tampak baliho besar bergambar dua lelaki berbaju putih dan berpeci di belakang panggung hajatan kemenangan. Siang menjelang petang, segerombolan orang memasuki gedung megah di pinggiran Jakarta itu dengan wajah-wajah cerah dan berbinar.

Seseorang lelaki tampak sedikit berbeda, lebih necis dari yang lain, dengan baju putih dengan logo buaya kecil, rambut berminyak dan parfum agak menyengat. Tubuhnya gempal makmur dengan perut sedikit maju. Namanya Pak Dul, dikenal pandai bergaul di lingkungan sosialita Jakarta.

Pak Dul mulai gerilya tepat ketika Pak Jokowi dinyatakan menang untuk periode ke-2, Pak Dul rajin bergerilya ke banyak orang penting, atau sekedar dianggap penting. Akhir-akhir ini Pak Dul mengalami gejala kena virus aneh, susah tidur - mata terpejam tapi pikiran entah dimana, makan ketoprak terasa gudeg, yang parah jadi sering senyum-senyum sendiri.

Virus Pak Dul secepat kilat menular ke banyak orang-orang yang merasa paling pantas menjadi menteri, sejak lebaran rajin berhalal-bihalal ke berbagai tokoh, tidak lupa menebar riwayat hidup yang sudah dipoles mengkilap, sambil berpesan tolong disampaikan ke Pak Jokowi. Yang mengherankan, termasuk Pak Menteri yang sekarang masih menjabat ikut ketularan virus Pak Dul. Pak Menteri rajin menyapa ke tokoh partai merah, kuning dan hijau, Pak Menteri juga mendadak giat membuat media rilis klaim prestasi dan sepak terjang. Konon ada Ketua Partai yang meminta jatah sepuluh kursi menteri tanpa malu-malu, kebetulan Pak Menteri konco dekat Ketua Partai itu, membuat Pak menteri tambah pede dapat jatah satu kursi dan tidak tergeser.

Di stasiun televisi lokal, tiap malam ramai orang-orang partai jadi bintang kejora, berebut ngomong dan klaim paling berjasa meskipun kontribusi minim. Pak Dul tidak mau ketinggalan, promosi sambil sedikit malu-malu di banyak grup media sosial, bersaing bebas dengan orang-orang yang merasa paling pantas menjadi menteri.

Memang hanya dering telepon, hanya dering telepon itulah yang ditunggu-tunggu Pak Dul, juga orang-orang yang merasa paling pantas jadi menteri, termasuk juga Pak Menteri yang sekarang masih menjabat, dering telepon menjadi keinginan yang melupa-luap. Ya, bayangan Pak Dul jika jadi menteri itu enak, perintah sana-sini, punya ajudan, fasilitas melimpah, dan dihormati banyak orang.

Pak Jokowi paham betul periode-2 ini atau periode terakhir beliau, akan menjadi pertaruhan penting sekaligus kritis untuk Indonesia, begitu penting untuk pertaruhan masa depan, tampak dari penegasan Pak Jokowi di Visi Indonesia, yang menjadi benang merah kerja ke depan, penegasan tidak ada lagi kerja biasa-biasa saja, tidak ada lagi zona nyaman, tidak ada lagi kerja yang tak terukur, tidak ada lagi hahahihi. Periode kritis karena dunia dalam transisi perubahan yang cepat, dinamis, penuh resiko dan kompleks, jika gagal maka Indonesia akan menjadi anak bawang dan sapi perah negara yang berhasil beradaptasi dengan perubahan.

Semakin hari, semakin jelas dan terang benderang, Pak Jokowi tidak mudah terhasut, meskipun desakan dan lingkaran kekuasaan sudah menjadi sponsor kepentingan. Pak Jokowi perlu menteri yang punya imajinasi untuk mendobrak rutinitas yang semakin tidak efektif, bisa menjinakan birokrasi yang lebih sering menghambat, bisa galak akan ketidak-becusan, tidak petantang-petenteng merasa paling segalanya, bisa kerja lebih cepat dari bayangan, tidak doyan nilep, sekaligus merakyat dan rendah hati tanpa dibuat-buat. Susah amat ya?

Konon, Pak Jokowi terinspirasi Pak Basuki Hadimulyono atau Ibu Sri Mulyani, imajinasi infrastruktur Pak Jokowi dilahap oleh Pak Basuki dengan kerja kilat ala legenda Rara Jonggrang yang membangun candi sewu, juga tak tampak sedikitpun Pak Basuki ingin mengambil ketenaran dari kerja kerasnya, tidak banyak omong tapi jadi itu barang, usia boleh sedikit senior tapi tenaga baterai duracell. Inspirasi di luar pemerintah, teknopreneur muda Nadiem Makarim, pencetus Gojek ini, menciptakakan jutaan lapangan kerja produktif dan handal dari rakyat untuk rakyat, bukan hanya dari terobosan taksi motor yang pertama di dunia, tetapi juga kuliner, tukang pijat, servis ac, kulkas, pompa air hingga cuci kloset.

Pekerja dibawah Gojek tidak merasa rendah diri, justru menjadi bangga bisa tulang punggung keluarga. Konon, kinerja prestasi Menteri UKM ditambah Menteri Tenaga Kerja masih tekor prestasi dibandingkan dengan perusahaan anak muda berambut ikal ini. Banyak kementerian memang tidak bisa berimajinasi untuk meraih prestasi, masih standar-standar saja. Jika saja Pak Jokowi diperiode ke2 ini, punya 10 Basuki, 10 Sri Mulyani dan 10 Nadim, tampak akan lebih optimal menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah.

Meskipun Pak Jokowi, bukan dari tokoh karir di Partai, dimana kebanyakan orang-orang partai dikenal pandai cuap-cuap tapi minim kerja dan prestasi, tapi soal siasat politik Pak Jokowi jauh lebih piawai. Tekanan dan desakan partai untuk pilihan menteri dikelola cerdas tanpa membuat yang menyodorkan kehilangan muka. Pilihan partai yang seringkali kurang mumpuni, bisa saja akan menjadi menteri. Lho, terus bagaimana nanti kalau prestasinya standar-standar saja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun