Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Api

2 September 2018   03:43 Diperbarui: 2 September 2018   07:35 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi A. Rahmah

Menatap layar dengan ratapan panjang, darah mengalir deras keseluruh tubuh.

Degub jantung berdetak lebih kencang dari biasanya.

Ada apa ini?

Rasa resah apa yang telah menyelinap masuk tanpa permisi, memporak-porandakan seisi hati.

Sehingga pikiran tak mampu untuk dikuasai.

Kini aku tak lagi memerlukan korek api untuk membakar sesuatu.

cukup tempelkan saja ke dadaku, aku membakarnya dengan api cemburu. 

Seperti ditusuk jarum berkali-kali, sakit tapi tak berdarah.

Cemburu mengalir di denyut nadiku, menghidupi resah teruntuk sosok dikejauhan yang tengah setia menunggu.

Entah kenapa dadaku serasa sempit malam ini, seakan tak rela bila kau pergi jauh meninggalkanku.

Suara jangkrik memecah keheningan malam ini, dan cemburuku masih menemani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun