Mohon tunggu...
Aditya Hehanussa
Aditya Hehanussa Mohon Tunggu... Jurnalis - Selebihnya tentangmu | WA:081248908542

Cintai cinta untuk menjadi cita-cita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranjang Basah

28 November 2020   03:39 Diperbarui: 28 November 2020   05:41 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku benci wanita malam yang menyebalkan itu. Terhanyut aku dibuatnya, sampai-sampai kuliahku terbengkalai. Seperti predator, ia membuat pikiranku bertualang kemana-mana dan tak tahu arah. Kebencian ini makin menggila ketika ia menyambut pagiku dengan senyumnya yang terlihat dari mata besar itu, “udah bangun yaa. Buka matamu dan lihat isi dadaku sayang,” ucapnya sambil menggigit bawah bibirnya yang dibaluti coretan merah tebal.

Kamar berantakan dan ranjang begitu empuk menjadi sandaran paling nyaman untuk dua kekasih yang pura-pura mesra di atasanya. Perasaan itu membawa mereka untuk tidak saling memandang beberapa saat, namun wanita yang memang mencintai lelaki itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Sasa, wanita kulit putih berlesung pipi. Ia selalu mencari celah agar ranjang selalu basah.

“Sentuh aku” ajak Sasa

“Malas ah, kamu masih bau mulut” tolakku sembiri tersenyum

“Kamu yang bau mulut, aku bangunnya langsung mandi kok.”

Kini aku yang hanya pura-pura cinta, sekarang malah timbul benih-benih perasaan tulus. Pagi kini telah perlahan pergi ketika siang menjemputnya dengan sinar matahari yang begitu terik, sementara wanita menyebalkan itu masih berbaring di atas ranjang yang perlahan bau busuk karena terlalu banyak keringat.

Aku segera beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dari keringat malam panjang. Semntara itu, wanita malam itu masih telanjang badan, hanya mengenakan kutang dan sarung di bawahnya, aku yang sudah bersih memintanya untuk membersihkan badannya dan setelah itu mengajaknya untuk jalan-jalan sebentar di pantai.

Merekapun pergi ke pantai menggunakan sepeda motor milik Sasa. Tak terasa alaram berbunyi menandakan waktu hampir sore dan langit masih juga terang, mereka terlihat bahagia menghabiskan waktu bersama di pantai. Sore berganti petang, langit perlahan gelap dan sepasang kekasih mulai bergegas balik ke rumah. Tanpa berpikir panjang Sasa langsung membaringkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur.

“Sasa,” seperti orang mati, tubuhnya tak bergerak sedikitpun karena seharian berpetualang dengan kekasihnya. Aku harus menunggu dia sampai terbangun dari tidurnya yang pulas, badanku begitu berat terasa sampai pada bagian paling inti. Sasa masih tertidur, sakin pulasnya sampai Sasa pun ngorok. “Mungkin terlalu capek,” ucapku sambil menatap wajah cantiknya.

Perlahan jemariku menari layaknya penari balet yang menikmati setiap irama musik, Sasa masih terlelap dengan malam panjangnya, munkin ia sedang mimpi bertemu Presiden atau artis korea yang tampanya melebihi aku. Kini jariku semakin nakal dan mahir mendaki bukit, seberang ke seberang, tidak juga terbangun, kini Sasa menampakkan senyum tipis dari bibirnya yang manis. Aku semakin percaya diri, tidak seperti malam kemarin yang dengan pura-pura menolak ajakan Sasa, kini aku yang terbawa suasana gila.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Sasa

“Emmm… tidak.” Jawabku dengan sedikit gugup

“Semalam kau yang menolak, kok tiba-tiba kau yang meminta”

“Ooooh… itu, kebetulan aku lagi nggak enak badan, makanya kayak gitu sikapku,” mendengar alasan itu, Sasa langsung tersenyum dan berbalik badan.

Kini Sasa yang pura-pura menolak, sikap Sasa membuat aku bingung, tapi tangan nakalku tak bingung malah makin gila. Mungkin ia sedang menahan birahinya karena jemariku yang nakal, aku tahu perasaannya. “jangan canggung, kamu pasti sedeng menikmatinya,” tanpa perduli apapun, kini jemariku sudah semakin jauh bahkan di sudut paling gelap.

Sebelumya, ranjang ini sudah pernah basah. Waktu itu, aku dan pacarku yang sudah pisah sekitar dua tahun lalu, pernah melakukan senam di seper tiga malam. Aku yang menjadi guru olahraga, sangat bersemangat mengajar pacarku yang memang gemar sekali dengan pelajaran itu. Kita sering melakukannya seminggu tiga kali, itupun ada ekstra kurikuler di pagi dan siang.

Sasa kemudian memegang erat tanganku disaat aku sedang mengingat masa lalu yang begitu indah kalua diulangi. Sasa mulai merangkul tubuhku, kemudian jari kecilnya menyentuh bibrku. Kini malam kita terasa seperti siang hari, saling peluk satu sama lain, aku dan Sasa mulai berebutan tempat paling nyaman untuk menghabiskan malam ini.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun