Salatiga, Desember 2024 — Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang terletak di Salatiga, Jawa Tengah, dikenal sebagai "Kampus Indonesia Mini." Julukan ini bukan tanpa alasan, mengingat mahasiswa di UKSW berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, bahkan Papua. Dengan semboyan nasional "Bhineka Tunggal Ika," yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, keberagaman ini mencerminkan kekayaan budaya dan semangat inklusivitas yang dimiliki Indonesia.
Keberagaman di UKSW menciptakan lingkungan belajar yang unik dan multikultural. Menurut data yang ada, sekitar 50-60% mahasiswa berasal dari Jawa, mengingat lokasi kampus yang berada di wilayah tersebut. Sementara sisanya terdiri dari mahasiswa yang datang dari luar Jawa, dengan persentase mahasiswa dari NTT dan Bali mencapai 15-20%, Sulawesi 10-15%, Kalimantan 5-10%, dan Papua 5-10%. Hal ini membuat UKSW menjadi wadah pertemuan berbagai latar belakang budaya dan etnis, memperkaya dinamika sosial dan akademis di kampus.
Namun, keunikan ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal komunikasi. Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah membawa serta bahasa daerah, dialek, dan logat masing-masing. Penggunaan bahasa daerah sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi sehari-hari. Banyak mahasiswa yang lebih nyaman menggunakan bahasa daerah mereka saat berinteraksi dengan sesama teman dari daerah yang sama. Menurut Rahmawati (2022), penggunaan bahasa daerah ini dapat memperkuat solidaritas antar mahasiswa dari daerah yang sama, tetapi di sisi lain, juga dapat menciptakan eksklusivitas yang menghambat komunikasi lintas budaya.
Dalam lingkungan akademis, penggunaan bahasa daerah memiliki dampak yang beragam. Pada satu sisi, mahasiswa merasa lebih mudah memahami materi pelajaran saat berdiskusi dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama menggunakan bahasa daerah mereka. Hal ini berlaku terutama dalam diskusi kelompok, di mana mahasiswa lebih nyaman mengekspresikan pendapat mereka dengan bahasa yang paling mereka kuasai. Namun, penggunaan bahasa daerah yang berlebihan dapat menyebabkan mahasiswa dari daerah lain merasa tersisih dan tidak bisa berpartisipasi secara aktif, sebagaimana dijelaskan oleh Prasetyo (2021).
Meski demikian, penggunaan bahasa daerah di kampus UKSW tidak hanya membawa tantangan, tetapi juga peluang yang signifikan. Penggunaan bahasa daerah membantu melestarikan warisan budaya lokal di tengah arus globalisasi. Mahasiswa yang aktif berkomunikasi dengan bahasa daerahnya dapat mempertahankan identitas budaya mereka. Selain itu, bahasa daerah menjadi salah satu cara mahasiswa mempertahankan dan mengekspresikan identitas budaya mereka. Dengan berbicara dalam bahasa daerah, mereka dapat menunjukkan kebanggaan terhadap asal-usul dan budaya lokal mereka.
Keberagaman bahasa di UKSW juga mendorong mahasiswa untuk belajar toleransi dan saling pengertian. Mahasiswa dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda belajar untuk lebih toleran terhadap perbedaan, termasuk cara berbicara dan makna di balik bahasa yang berbeda. Ini membantu membangun hubungan yang lebih harmonis di kampus. Meski ada beberapa dampak negatif, seperti hambatan komunikasi dan menurunnya penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dampak positif dari keberagaman bahasa di kampus UKSW sangat terasa.
Penggunaan bahasa daerah di kampus UKSW memiliki dampak positif dalam memperkuat identitas budaya, meningkatkan rasa toleransi, dan mendukung keberagaman budaya. Namun, bahasa daerah juga dapat menimbulkan kesulitan komunikasi dan kesalahpahaman dalam proses pembelajaran jika tidak digunakan secara bijak. Untuk itu, penting bagi mahasiswa untuk saling memahami dan menghargai perbedaan, serta menggunakan bahasa dengan bijak agar tercipta lingkungan kampus yang inklusif dan harmonis.
Keberagaman di UKSW tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga merupakan kekayaan yang harus dihargai dan dipertahankan. Dengan semangat inklusivitas dan toleransi, diharapkan mahasiswa UKSW dapat menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia dalam memaknai keberagaman sebagai kekuatan yang mempersatukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI