Mohon tunggu...
Muhammad CaesarAditya
Muhammad CaesarAditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang santri dan juga mahasiswa di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Saya hanyalah seorang santri sekaligus mahasiswa yang suka menulis dan membaca. Saya sangat ingin menggunakan hobi saya untuk hal yang lebih besar lagi. Saya suka menulis baik itu fiksi maupun non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puisi Menangisnya Sang Khalifah Umar yang Menyentuh Hati Karya Mahasiswa UST Yogyakarta

3 Januari 2023   02:45 Diperbarui: 3 Januari 2023   02:46 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi Menangisnya Sang Khalifah Umar yang Menyentuh Hati Karya Mahasiswa UST Yogyakarta

PUISI - Puisi Menangisnya Sang Khalifah Umar yang Menyentuh Hati Karya Mahasiswa UST Yogyakarta.

Umar bin Khattab adalah khalifah ke-dua setelah Abu Bakar Ash-Shidiq, beliau adalah pemimpin yang terkenal karena ketegasannya.

Tetapi meski mempunyai watak yang tegas, Umar bin Khattab adalah pemimpin yang sangat cinta kepada rakyatnya. Mungkin banyak yang belum tahu, bahwa beliau ketika menjadi pemimpin mempunyai hobi membaur dengan rakyatnya dengan menyamar sebagai rakyat biasa. 

Tetapi ada satu cerita yang mashyur pada saat masa kepemimpinannya yaitu ketika malam hari Umar bin Khattab keluar jalan-jalan untuk memonitor keadaan rakyatnya lalu beliau melihat salah satu rumah dalam keadaan terang sedangkan rumah yang lain telah padam penerangannya. 

Dihampirilah rumah tersebut karena penasaran, saat itu beliau melihat ada seorang nenek tua renta sedang bekerja, tetapi disela-sela pekerjaannya nenek tersebut bersenandung memuja-muja Rasulullah SAW dengan penggunaan bahasa yang sangat indah.


Cerita tersebut sangat mashyur dan banyak diceritakan di kitab-kitab islami, seperti kitab An Nuurul Mubiin karangan KH Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. 

Muhammad Caesar Aditya, salah satu Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa berhasil memodif cerita tersebut menjadi sebuah puisi. Berikut puisi berjudul Menangisnya Sang Khalifah Umar:

Dikisahkan suatu malam yang membutakan pandangan mata

Di karenakan sang purnama yang tak menyombongkan panoramanya

Ada seorang pemimpin yang terkenal akan ketegasannya

Tetapi mempunyai hati yang selembut sutra

Beliau keluar dan berjalan dengan langkah kaki yang tak bersuara

Diam-diam menebar benih perhatian kepada rakyatnya

Yang hanya berbekal pertanyaan yang selalu mengusik kepala

"Apakah keadilan dan kesejahteraan sudah diberikannya dengan merata?"

Tiba lah beliau disuatu desa

Ada salah satu rumah yang menarik perhatian rasa dan raga

Di saat yang lainnya redup untuk menyambut cahaya pagi sang surya

Rumah tersebut tetap terang seperti kunang-kunang yang kehilangan kawanannya

Lalu berjalanlah beliau kerumah tersebut

Dengan hati-hati agar tak mengganggu sang pemilik rumah

Di dalam rumah tersebut terlihat seorang wanita tua renta

Yang kedua tangannya sedang disibukan dengan surai-surai nya

Di sembari bekerja keluarlah sajak-sajak yang indah dari lisannya

Yang terkhusus untuk baginda nabinya

Bergetarnya hati dan lemasnya tubuh pemimpin itu mendengarnya

Pipi pun mulai basah akan derasnya air mata

Tak terka wanita tua yang dimaklumnya seorang pelupa

Dapat membuat sajak yang sangat teramat permai nya

Karena dahsyatnya gejolak cinta di hati untuk nabinya yang mulia.

Sajak nenek tersebut berbunyi:

Semoga sholawat orang-orang yang berbakti (takwa pada Allah) selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad 

Orang-orang baik yang terpilih senantiasa melantunkan sholawat padanya Semoga sholawat orang-orang yang berbakti (takwa pada Allah) selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad

Orang-orang baik yang terpilih senantiasa melantunkan sholawat padanya

Sungguh engkau telah beribadah sepanjang malam dengan menangis hingga waktu sahur 

Aduhai sekira aku tahu dan kematian berbeda-beda penyebabnya

Apakah Engkau (Allah) akan mengumpulkan aku (dengannya) sedangkan kekasih berada di rumah akhirat.

Kisah ini dikutip dari kitab An Nuurul Mubiin karangan KH Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun