PUISI - Puisi Menangisnya Sang Khalifah Umar yang Menyentuh Hati Karya Mahasiswa UST Yogyakarta.
Umar bin Khattab adalah khalifah ke-dua setelah Abu Bakar Ash-Shidiq, beliau adalah pemimpin yang terkenal karena ketegasannya.
Tetapi meski mempunyai watak yang tegas, Umar bin Khattab adalah pemimpin yang sangat cinta kepada rakyatnya. Mungkin banyak yang belum tahu, bahwa beliau ketika menjadi pemimpin mempunyai hobi membaur dengan rakyatnya dengan menyamar sebagai rakyat biasa.Â
Tetapi ada satu cerita yang mashyur pada saat masa kepemimpinannya yaitu ketika malam hari Umar bin Khattab keluar jalan-jalan untuk memonitor keadaan rakyatnya lalu beliau melihat salah satu rumah dalam keadaan terang sedangkan rumah yang lain telah padam penerangannya.Â
Dihampirilah rumah tersebut karena penasaran, saat itu beliau melihat ada seorang nenek tua renta sedang bekerja, tetapi disela-sela pekerjaannya nenek tersebut bersenandung memuja-muja Rasulullah SAW dengan penggunaan bahasa yang sangat indah.
Cerita tersebut sangat mashyur dan banyak diceritakan di kitab-kitab islami, seperti kitab An Nuurul Mubiin karangan KH Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.Â
Muhammad Caesar Aditya, salah satu Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa berhasil memodif cerita tersebut menjadi sebuah puisi. Berikut puisi berjudul Menangisnya Sang Khalifah Umar:
Dikisahkan suatu malam yang membutakan pandangan mata
Di karenakan sang purnama yang tak menyombongkan panoramanya
Ada seorang pemimpin yang terkenal akan ketegasannya
Tetapi mempunyai hati yang selembut sutra
Beliau keluar dan berjalan dengan langkah kaki yang tak bersuara
Diam-diam menebar benih perhatian kepada rakyatnya
Yang hanya berbekal pertanyaan yang selalu mengusik kepala
"Apakah keadilan dan kesejahteraan sudah diberikannya dengan merata?"
Tiba lah beliau disuatu desa
Ada salah satu rumah yang menarik perhatian rasa dan raga
Di saat yang lainnya redup untuk menyambut cahaya pagi sang surya
Rumah tersebut tetap terang seperti kunang-kunang yang kehilangan kawanannya
Lalu berjalanlah beliau kerumah tersebut
Dengan hati-hati agar tak mengganggu sang pemilik rumah
Di dalam rumah tersebut terlihat seorang wanita tua renta
Yang kedua tangannya sedang disibukan dengan surai-surai nya
Di sembari bekerja keluarlah sajak-sajak yang indah dari lisannya
Yang terkhusus untuk baginda nabinya
Bergetarnya hati dan lemasnya tubuh pemimpin itu mendengarnya
Pipi pun mulai basah akan derasnya air mata
Tak terka wanita tua yang dimaklumnya seorang pelupa
Dapat membuat sajak yang sangat teramat permai nya
Karena dahsyatnya gejolak cinta di hati untuk nabinya yang mulia.
Sajak nenek tersebut berbunyi:
Semoga sholawat orang-orang yang berbakti (takwa pada Allah) selalu tercurah limpahkan kepada Nabi MuhamadÂ
Orang-orang baik yang terpilih senantiasa melantunkan sholawat padanya Semoga sholawat orang-orang yang berbakti (takwa pada Allah) selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad
Orang-orang baik yang terpilih senantiasa melantunkan sholawat padanya
Sungguh engkau telah beribadah sepanjang malam dengan menangis hingga waktu sahurÂ
Aduhai sekira aku tahu dan kematian berbeda-beda penyebabnya
Apakah Engkau (Allah) akan mengumpulkan aku (dengannya) sedangkan kekasih berada di rumah akhirat.
Kisah ini dikutip dari kitab An Nuurul Mubiin karangan KH Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.***