Pendidikan Transformatif*: ISP meminta sistem pendidikan mengajarkan empati, tanggung jawab sosial, dan kesadaran spiritual selain hasil akademik.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:
"Seseorang cukup disebut pendusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar" (HR. Muslim, No. 5)
Hadis ini memberikan dasar moral bagi sikap selektif dalam menyebarkan informasi. Komunikasi profetik tidak hanya benar dari segi konten, tetapi juga jelas dari segi niat dan tujuan. Selain itu, ISP menawarkan sistem nilai yang mendukung moderasi beragama, terutama dalam masyarakat multikultural.
Ilmuwan percaya bahwa wahyu adalah dasar untuk transformasi sosial, bukan hanya ide ilmiah. ISP berfungsi sebagai cahaya yang memandu kita untuk tetap waras, kritis, dan beradab di dunia media yang bising.
Mari kita menjadikan tabayyun sebagai budaya digital baru, karena kita adalah umat yang ditugaskan untuk mendorong kebaikan dan melawan keburukan. Mulailah dengan pertanyaan sederhana: "Apakah ini memanusiakan?" bebas? Mendekati Tuhan? Jika jawabannya tidak ada, mungkin kita hanya menjadi bagian dari masalah. Namun, dengan tabayyun, kita dapat memilih menjadi bagian dari solusi.
Daftar Pustaka
Fery, M., Supriyatno, T., & Hambali, M. (2025). "Konsep Ilmu Sosial Profetik dan Relevansinya dalam Pendidikan Agama Islam: Studi Analisis Pemikiran Kuntowijoyo". Kariman: Jurnal Pendidikan Keislaman, 13(1), 113--136.
Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan.
Lundeto, N., & Ni'am, S. (2023). "Paradigma Islam Profetik: Melacak NilaiNilai Moderasi Beragama Dalam Pemikiran Kuntowijoyo". Farabi: Jurnal Studi Islam, 19(2).
Muslim, I. (n.d.). Sahih Muslim, Hadis No. 5.