Mohon tunggu...
Aditya Setiawan
Aditya Setiawan Mohon Tunggu... profesional -

Fresh graduate. Lagi magang. Suka nonton. Tertarik nulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anggota Dewan Wanita Ibarat Ibu

21 Maret 2014   00:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu.”Begitulah sepenggal lirik lagu sabda alam ciptaan Ismail Marzuki. Kaum wanita seringkali dianggap lemah sehingga mendapat banyak perlakuaan yang tidak patut. Banyaknya diskriminasi yang diberlakukan terhadap kaum wanita, justru membangkitkan semangat untuk meningkatkan daya saing. Sejak beberapa dekade yang lalu, wanita berlomba meningkatkan kualitas pribadi. Tak sedikit wanita yang menjadi profesional di bidang ekonomi, pendidikan, agama, sosial dan budaya. Rasanya wanita telah ikut berpartisipasi di seluruh lini kehidupan, tak terkecuali politik.

Tahun 2014, pemilihan umum yang sudah didepan mata akan menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan. Menariknya semakin banyak wanita yang berani maju sebagai calon anggota dewan. Pada pemilu periode sebelumnya, setidaknya ada 100 anggota dewan wanita dari total 500 – an anggota DPR RI (berdasar data KPU). Pada periode kali ini, diharapkan akan lebih banyak wanita yang menjabat sebagai dewan. Banyak pihak yang optimis anggota dewan wanita mampu memberikan kinerja optimal. Ada beberapa alasan mengapa kita membutuhkan wanita duduk di parlemen. Tindakan dan keputusan wanita berdasarkan pada rasa atau perasaan. Wanita cenderung mempertimbangkan baik atau buruknya keputusan yang diambil, bukan benar atau salah. Baik atau buruk menjadi cerminan apakah sebuah tindakan bermanfaat atau tidak, menyejahterakan atau tidak. Disisi lain, pria cenderung mempertimbangkan benar atau salahnya keputusan yang diambil. Pria lebih mengedepankan logika daripada rasa. Sehingga, yang dihasilkan hanyalah sebatas keputusan rasional yang kaku tanpa ada sensitivitas terhadap efek samping yang mungkin terjadi.

Berdasarkan pemaparan pada paragraf sebelumnya, kita melihat wanita dan pria mempunyai pandangan dalam hal pengambilan keputusan. Perbedaan ini justru menjadi sangat menguntungkan apabila diracik dengan formula yang tepat. Rasa yang dimiliki wanita dan logika yang dimiliki pria harus dikombinasikan. Ketika pria dan wanita bersinergi membuat keputusan, hasilnya adalah keputusan yang tidak hanya baik tetapi juga benar. Baik karena didasari rasa dan benar karena didasari logika. Selain itu, anggota dewan wanita (sebagai ibu) akan menaruh perhatian mendalam pada permasalahan anak - anak, pendidikan, sosial dan budaya. Karena, sesuai kodradnya, wanita lebih jago mengurus, merawat dan mendidik anak.

Terkait dengan pengambilan keputusan, kehadiran wanita juga akan menjadi penyeimbang dalam parlemen. Anggota dewan wanita akan menjadi kontrol atas setiap tindakan anggota dewan pria. Layaknya sebuah keluarga, tidak terasa lengkap tanpa kehadiran ayah, ibu dan anak. Kalau anggota dewan pria diibaratkan sebagai ayah, maka anggota dewan adalah ibu.

Ayah dan ibu mengesampingkan ego pribadi dalam berdiskusi mengenai kebutuhan anak. Ketegasan dan rasionalitas ayah dipadukan dengan kelembutan dan kasih ibu. Dalam hal ini, kita sebagai masyarakat berperan sebagai anak yang punya kebutuhan dan kepentingan. Keberadaan anggota dewan wanita (sebagai ibu) akan menjadi penyeimbang dan pengendali setiap langkah yang diambil. Fungsi anggota dewan wanita hanya dapat dicapai jika kualitas dan kuantitasnya proporsional. Kualitas tentu saja, seluruh calon anggota dewan tak terkecuali harus berpendidikan dan berintegritas.  Untuk kuantitas, 20 % kursi untuk wanita dirasa masih belum cukup. Oleh karena itu, diharapkan jumlah anggota dewan wanita harus ditingkatkan sampai level yang proporsional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun