Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membedakan antara Ibadah dan Rasa Beribadah, Sebuah Renungan

2 April 2022   07:17 Diperbarui: 2 April 2022   07:27 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Agama dan Teknologi seperti  sudah digariskan  untuk  berjalan berdampingan. Saling melengkapi dan memaksimalkan. Agama yang didukung teknologi akan mempermudah dan memperlancar  para penganutnya  dalam menjalankan ibadah. Sebaliknya teknologi yang dijiwai nilai nilai agama , akan memberikan manfaat lebih besar kepada ummat manusia .

Namun tak jarang teknologi juga memberi 'pekerjaan rumah'  baru kepada agama, khususnya mengenai  tata cara ibadah  yang berbentuk gerakan  fisik. Dalam sejarah kehidupan beragama hal ini sudah sering terjadi. Dan  ke depan masih akan muncul 'PR-PR'  baru lagi. Karena dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan , akan makin banyak teknologi baru yang tercipta. Teknologi yang akan memberikan tantangan baru bagi penafsiran  dalil agama khususnya yang terkait tata cara beribadah.

Pisau Tajam Teknologi

Teknologi yang makin canggih sekarang ini, bak  pisau tajam yang bisa mengupas dan membedah apa saja. Teknologi   bahkan  mampu 'menguliti' suatu ritual ibadah keagamaan . Memisahkan mana yang hanya simbol atau gerakan fisik  saja    dan mana inti atau rasa dari suatu ibadah  . Ibarat buah mana bentuk buahnya dan mana rasa buahnya  . Sebelum ada teknologi, bentuk buah dan rasa buah seperti menyatu. Sangat sulit untuk membedakan antara keduanya.

Ini persis apa yang terjadi dengan  rasa jeruk dan buah jeruk. Dulu rasa jeruk pasti hanya melekat pada buah jeruk. Dalam arti untuk menikmati rasa jeruk ya harus makan jeruk. Sekarang teknologi sudah berhasil membuat rasa jeruk. Sudah banyak minuman rasa jeruk yang tidak perlu harus memeras jeruk lagi. Cukup membuka  satu sachet minuman rasa jeruk , maka rasa jeruk yang kita mau sudah bisa disajikan. Sekarang orang sudah  mampu  dan bahkan sudah terbiasa membedakan jeruk dan rasa keruk, Dua hal yang sebenarnya memang ada perbedaan sejak awal.  Rasa jeruk tidak akan berubah. Namun cara mendapatkan rasa jeruk yang akan berubah. Seiring  perkembangan teknologi yang mampu diciptakan manusia

Bahkan sekarang teknologi juga sudah dapat  memisahkan  ayam dan rasa ayam . Rasa ayam sudah dikembangkan lewat laboratorium, dan sudah dapat dinikmati sekelompok orang orang super kaya   Untuk menikmati daging ayam tidak perlu lagi memotong seekor ayam lagi. Dan yang paling ekstrim , adalah ketika nanti juga bisa muncul teknologi yang mampu memisahkan antara babi dan rasa babi. Tentu akan menjadi tantangan yang lebih serius kepada para ahli tafsir hukum agama.

Memisahkan Boleh ,  Menghilangkan Jangan 

Sebenarnya kalau  perubahan yang dibawa suatu teknologi hanya bersifat menambahkan  rasa,  tanpa berubah  kegiatan fisiknya  , tidak akan memunculkan perdebatan  atau perlawanan  . Bahkan akan mendapatkan  dukungan positip.  Tidak akan menimbulkan kehebohan , yang akan menimbulkan  pendapat yang pro dan kontra di masyarakat yang berujung pada konflik bahkan  perpecahan.

Seperti apa yang terrjadi dalam pelaksanaan ibadah haji menggunakan pesawat terbang untuk membawa jamah haji ke tanah suci.  Dengan makin banyak kesibukan  yang harus dikerjakan umat manusia , dan segala urusannya  maka dibutuhkan perangkat teknologi yang mampu membuat jarak yang jauh ke tanah suci menjadi terasa dekat. Dan bisa ditempuh dalam waktu yang cepat , hanya hitungan jam saja. Tidak harus membutuhkan waktu berminggu mingu seperti dulu ketik masih menggunakan jalan darat atau pun kapal laut.  Teknologi pesawat terbang mampu menjawab permasalahan ini . Dampak seperti ini  sangat bagus . Hampir semua ummat muslim mendukungnya

Lain halnya bila pemisahan antara  dan  kulitnya tadi, juga ada perubahan besar dalam tata cara gerakan  fisiknya maka akan menyulut perselisihan. Bisa  memancing perdebatan antara para penafsir  fikih dari banyak kelompok . Dan yang akan mengemuka  tentu konflik pendapat antara pemegang teguh otoritas fikih dengan penganut logika rasionalis.

Seperti kasus terbaru mengenai wacana haji metaverse dari pemerintah Arab Saudi. Wacana ini langsung menimbulkan pro kontra yang cukup luas. Pemegang otoritas fikih berpendapat bahwa haji metaverse tidak syah, Karena haji merupakan ibadah yang membutuhkan kehadiran fisik. Semua prosesinya di tanah  suci harus dijalankan secara langsung. Tidak boleh hanya bersifat virtual saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun