Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Programmer - Orang biasa yang tidak ada istimewanya bapak dari 1 istri dan 3 anak

Nama lengkap saya Adi Setiawan tapi kebanyakan orang memanggil saya "OECOEP"(UCUP) memang seperti jaka sembung (ngga nyambung) tapi itu harus saya syukuri krn itu nama pemberian nenek saya, katanya waktu kecil saya sering sakit2an jadi diberi nama Yusuf (nabi paling ganteng) tapi karena tinggal dikampung malah jadi ucup . saya bekerja di Bank Terbesar di indonesia, motto jangan jadikan hidup sebagai penyesalan jadikan hidup sebagai perjuangan , berani mati itu baik tapi berani hidup itu 1000X lebih baik. web gue http://www.adioecoep.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyerahlah Bu!

16 Juli 2021   17:30 Diperbarui: 16 Juli 2021   18:17 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu disaat mentari menyinarkan cahayanya yang menguning seolah memanggil semua makhluk hidup untuk berjemur Bermandi cahaya nya. Sementara didapur seorang perempuan sibuk dengan alat masak seolah sedang bermain dengan alat masak nya. Suara deburan air mendidih dan ulekan sambel di cobek menjadi instrumenalia musik dengan sang dirigen sang wanita tersebut. 

Sementara dikamar dengkuran suara orang tidur bersahut-sahutan menjadikan irama yang menambah instrumental. Sang wanita tersebut sangat khusuk menjalankan ritual paginya yang setiap hari dilakukan. Sementara sang lelaki bersiap untuk mencari nafkah untuk keluarga berangkat ke kantor menjadi seorang kuli di perusahaan. Sang wanita tersebut adalah seorang penjual ayam goreng yang mempunyai usaha warung makan ayam lenjeh Mpok neti di bilangan pondok aren. Dia berusaha membantu sang suami untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. 

Dengan tekad yang kuat dia berusaha melawan stigma takkala pandemi covid merusak semua sendi kehidupan. Baik ekonomi, sosial dan budaya.dari segi ekonomi membuka usaha saat sekarang adalah sebuah kesalahan fatal karena dari ilmu ekonomi membuka usaha saat ini adalah sama dengan bunuh diri. Tapi semua itu tidak menghalangi tekadnya untuk membantu perekonomian keluarga nya. Sang suami sudah melarang dengan mengatakan "sudahlah Bu usaha disaat sekarang hanya membuang uang waktu dan tenaga" tapi sang wanita mencoba meyakinkan kalau rezeki sudah ada yang mengaturnya. Tuhan pasti akan memberikan rezeki kepada setiap mahluknya. Akhirnya sang lelakipun mengalah dan menuruti apa kemauan sang wanitanya. 

Hari pertama berjualan dari jam 07.00 pagi sampai jam 19.00 malam uang yang didapat hanya 90 ribu rupiah. Tak sebanding dengan jumlah modal yang dikeluarkan. Hari demi hari terus dilakoni walaupun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Dan setelah menginjak satu bulan sang wanita tidak terlihat putus asa tapi semangat baja dan pantang menyerahnya semakin menjadi. Setelah hampir dua bulan datanglah peraturan PKMK Darurat yang membuat pedagang kecil dibuat susah karena nya.karena tidak boleh makan ditempat dan jam operasional tidak boleh lewat jam 20.00. akan tetapi sang wanita tetap bersemangat tak kenal pantang menyerah. Dan sang lelaki pun mengucapkan menyerah lah Bu!

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun