Mohon tunggu...
Adinta Benjamin
Adinta Benjamin Mohon Tunggu... -

Suka berkebun, bloging dan memelihara hewan peliharaan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Prajurit Bersenjatakan M1 dalam Buku Usang

16 Agustus 2018   12:49 Diperbarui: 16 Agustus 2018   18:56 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.moviereplicasdirect.com

Bertahun-tahun berlalu waktu itu aku masih seorang bocah umurku tak lebih dari 11 tahun waktu itu ada beberapa rombakan di sekolah termasuk pendirian perpustakaan, setelah semuanya rampung semua fasilitas dikerumuni oleh para siswa seperti adanya wastafel, kolam ikan atau ring basket sifat penasaran mereka tumbuh berkembang di sana terkecuali perpustakaan.

Yang aku lihat hanyalah seorang kuntilanak yang terus menerus menyisir rambutnya ataupun pocong yang terus menatap tajam menjaga pintu perpustakaan tak ada yang mengunjungi terkecuali mahluk ghaib nan anggun juga seram.

Namun hari itu aku melihat suatu pemandangan yang tak biasa ada seorang wanita sebayaku yang berjalan menuju ruangan terkutuk dan terkucil ini setelah sebelumnya dia berbicara dengan teman-temannya dan mereka mengatakan bahwa ada perpustakaan di belakang.

Oh iya dia adalah teman sekelasku 3 minggu ini dia memang tidak terlihat di sekolah karena ijin sakit sehingga waktu perombakan dia tidak menyaksikannya. Saat merasa dia berjalan menuju perpustakaan tentu sebagai seorang yang "tahu" aku tidak akan membiarkannya berlalu begitu saja menjumpai mahluk anggun itu.

Secara santai aku mendahulinya menuju perpustakaan waktu itu masih awal jam istirahat dan tentu benar insting seorang yang peka, dia menuju perpustakaan sedang aku duduk di sebelah kuntilanak yang terus menangis sembari memperhatikannya.

Sebagai seorang yang gemar membaca tentu tidak membutuhkan waktu lama untuk menemukan buku yang sesuai dengan minatnya setelah itu dia duduk di lantai aku tidak melihatnya kecuali seorang yang berwibawa. Terlintas di benakku untuk mengambil beberapa buku untuk dibaca berharap memiliki wibawa sepertinya.

Setelah berapa lama menyusuri rak buku ada satu buku yang tampak aneh dan usang dengan tampilannya yang paling buruk, penasaran aku langsung saja mengambilnya seingat ku buku itu paling kotor cetakannya tidak resmi dan banyak dimakan rayap, judulnya ah entahlah rayap juga menyembunyikannya tetapi isinya tidak akan begitu saja hilang dari ingatan.

Di dalamnya tertulis dengan samar kisah dengan kata-kata paling jelas tentang para pejuang terdahulu pada masa penjajahan walaupun tulisannya samar tapi kata-katanya begitu mencekam meraung-raung dalam ingatan tentang seorang prajurit yang tangannya busuk dengan membawa senapan Carbine M1 di tangan kirinya keringatnya tidak mengalir kecuali berwarna merah ucapan Allah hu Akbar tidak pernah paling dari mulutnya.

Tubuhnya kurus kelontang bagai tak bertenaga menerjang musuh dengan kekuatan terakhirnya bersama dengan batalion pencari mati diantara mereka ada seorang yang perutnya sudah terkoyak tidak tampak diantara ke 15 prajurit itu kecuali kelelahan yang amat tetapi ambisinya begitu tinggi bak bintang kejora.

Jika diuraikan secara detail tentu tak ingat itu sudah bertahun-tahun berlalu dan penglihatanku tak se "unik" dulu tetapi gambaran yang menyiksa masih tampak jelas di pandangan. Hari ini hampir 17 agustus sembari menikmati secangkir kopi di meja aku memandangi bendera itu teringat bagaimana harga yang yang terlampau mahal dibayar oleh para pejuang yang tidak akan lunas kecuali dengan kata syahid untuk yang berislam sedang martil untuk selainnya kesemuanya memiliki kedudukan yang begitu mulia.

Sempat terlintas pikiran yang tidak pernah terbayang sebelumnya merdeka kah kita ?? namun dengan cepat pikiranku mengatakan jangan dustai perjuangan kakekmu. Sungguh dusta yang dikatakan seorang pemalas lagi bodoh tentang kakek kami mereka mengatakan perjuangan oleh orang terdahulu mementingkan dirinya sendiri padahal melalui buku itu tergambar jelas oleh ku betapa mereka berjuang untuk anak cucu nya.

Lantaran aku mengingat seorang penjual gorengan yang beralaskan karung seadanya terus menggoreng adonan tempe dan tahu padahal tidak seorang pun makhluk hidup melirik daganganya atau di saat penjual buku yang kurus lagi kering terus membolak balikkan buku berpindah dari satu buku ke buku lain sesekali dia memandangi sekitar berharap pembeli datang dengan terus memegangi perutnya. Di hadapanya sendiri terdapat buku-buku yang sudah berdebu (barangkali tubuhnya sudah tidak mampu lagi untuk membersihkan).

Atau saat anak-anak muda berkata dengan nada melotot kepadaku tentang unta yang bersorban mereka menyebutnya dengan sebutan yang buruk padahal sebaliknya. Begitu juga seorang anak yang dengan lantang menuliskan pancasila itu hina padahal ulama susah payah merangkainya atau seorang yang menghina TNI padahal setiap hari nyawa mereka bagaikan daun yang berguguran di musim semi, penjaga hutan mereka katakan monyet karena menghalangi dari mereka kekuasaan yang rakus, guru mereka sebut tidak berguna dan penjaga hukum yang malamnya setengah gila karena menghafal ribuan kasus kalian tak anggap.

Adapula mereka yang terus menerus menyalahkan pemerintah sulit mendeskripsikan ini semua namun yang pasti teruslah belajar andai kamu tahu sisa umurmu dan teruslah berbuat baik. Jangan buang sampah sembarangan, jangan memusuhi tetanggamu, jangan benci pemerintahan cobalah untuk memberikan solusi sesuai perintah agama sesuai nalurimu dan sesuai patah kata orang tuamu.

Dan yang terpenting jangan hianati tubuh pahlawan yang terkoyak berikanlah kehormatan tertinggi dan hormatilah merah putih sebagai warisan paling berharga.

Pengarang : Ado nureksa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun