Mohon tunggu...
Siti Mutma'inah
Siti Mutma'inah Mohon Tunggu...

Hallo, nama saya Siti Mutma'inah.

Selanjutnya

Tutup

Money

Biografi Pengusaha Sukses "Puspo Wardoyo"

27 Februari 2014   22:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 2483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Biografi Pengusaha Rumah Makan  Ayam Bakar Wong Solo

Puspo Wardoyo

Puspo Wardoyo adalah pendiri Rumah Makan “Áyam Bakar Wong Solo’’ yang sering disingkat menjadi ABWS yang merupakan rumah makan Frencais pertama asli Indonesia. Puspo Wardoyo atau yang sering dipanggil dengan Puspo lahir pada tanggal 30 November 1957 di Kota Solo, Jawa Tengah dan berasal dari keluarga pas-pasan. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya adalah seorang pedagang daging ayam. Puspo yang pada saat itu masih kecil membantu menyembelih ayam pada pagi hari untuk dijual di pasar dan membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam bakar, ayam goreng dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanyadi dekat kampus UNS pada siang sampai malam hari. Orangtua Puspo ingin anaknya ada yang menjadi pegawi negeri, dai itupun akhirnya terkabul. Puspo menjadi guru bidang studi pendidikan seni di SMU Negeri I Blabak Muntilan. Namun itu tidak bertahan lama karena Puspo merasa bahwa pekerjaan itu kurang cocok dengan jiwanya, dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Puspo keluar dari PNS.Setelah keluar dari PNS, Puspo memilih pulang ke kampung halamannya dan membuka  warung ayam goreng kaki lima di Kleco, Solo. Dalam menekuni usahanya ini, Puspo dibantu oleh 2 orang karyawan, dan usaha ini termasuk perintis atau pionir kaki lima lesehan di Solo pada tahun 1986.

Impian Puspo Wardoyo terinspirasi dari cerita temannya yang merupakan penjual bakso yang sukses di Medan. Perkembangan bisnisnya dimulai ketika temannya tersebut pulang ke Solo dan menyampaikan bahwa prospek bisnis di Medan sangatlah bagus. “Dengan uang, jarak antara Solo Medan lebih dekat dari Solo Semarang”, kata Puspo menirukan temannya tersebut. Hal itu adalah wajar, karena dengan pesawat terbang, waktu tempuh antara Medan Solo berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu 1 jam, sedangkan naik bus jarak antara Solo Semarang ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam. Cerita sukses temannya itu membekas di benak Puspo dan ia bertekad untuk berangkat ke Medan dengan berbekal uang seadanya. Puspo menjual warung lesehan yang telah didirikannya itu kepada temannya dan membeli tiket bus ke Jakarta, karena uangnya tidak cukup apabila langsung ke Medan. Saat itu, Puspo membaca ada lowongan pekerjaan menjadi guru di sebuah perguruan bernama Dr.Wahidin. Demi mewujudkan cita-citanya tersebut, Puspo rela menjadi guru lagi dan di sekolah tersebutlah Puspo menemukan istri pertamanya yang merupakan staf pengajar juga. Setelah uang yang dikumpulkannya dirasa sudah cukup, Puspo berangkat ke Medan.

Saat sampai di Medan, Puspo memutuskan untuk menyewa sebuah rumah dan membeli motor vespa serta menyewa sebuah lahan yang digunakan untuk berjualan Ayam Bakar Kaki Lima di bilangan Polonia Medan. Puspo memilih untuk berjualan ayam bakar berdasar wasiat yang telah ia terima dari ayahnya, padahal sebelumnya Puspo berjualan ayam goreng. Tiga hari sebelum ayahnya meninggal, ayahnya berwasiat supaya ia berjualan ayam bakar dengan jaminan dari ayahnya bahwa ia akan sukses.

Pada saat itu, ayam bakar belum ada di Medan, sehingga Puspo menjadi pionir bagi wirausaha ayam bakar. Pada awalnya, Puspo hanya menjual nasi dan ayam bakar saja, tidak ada menu lainnya. Setiap harinya, ia hanya bisa menjual 3-4 ekor ayan per hari. Dengan kesabaran, tekad, kerja keras dan kemauan yang ingin selalu maju, ia terus berjualan dan meyakinkan istrinya bahwa InsyaAllah usahanya itu akan maju. Hingga pada suatu saat, slah satu rumah karyawatinya itu disita oleh rentenir karena tidak sanggup membayar hutang. Saat itu, Puspo hanya mempunyai tabungan sebesar Rp 1.300.333,- di BRI. Karena merasa kasihan, Puspo memutuskan untuk meminjamkan uang tersebut kepada karyawatinya. Sebagai ucapan terima kasih, karyawati tersebut membawa seorang wartawan yang merupakan teman dari suaminya, dan akhirnya ditulislah profil “Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo” di Koran Waspada Medan. Dan ternyata profil tersebut menjadi headline news sehinnga keesokan harinya, ratusan konsumen mendatangi warung Puspo. Seratus potong ayam pun langsung ludes terjual pada hari itu dan Puspo terus meningkatkan penjualan ayam bakarnya tersebut. Omsetnya pun juga ikut membumbung sampai Rp 350 ribu/hari. Puspo kemudian membuka cabang di berbagai kota dan menawarkan kerjasama dengan system waralaba atau frencais. Ia menjamin bahwa rasa dan mutu ABWS di kota manapun akan sama karena ia sudah mengatur komposisi bumbu dan mentraining pegawainya di setiap cabangnya. Sampai saat ini, ABWS selalu diserbu pembeli, apalagi pada saat bulan Ramadhan. Dari orang biasa sampai pejabat sangat menyukai rasa ayam bakarnyaImpiannya untuk menaklukan “jarak” Solo Medan dengan Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan hanya itu saja, prestasi bisnis yang dirintis Puspo pun jauh dari impiannya. Dari kota Medan itulah, Rumah Makan ABWS melejit ke bisnis nasional. Dalam waktu yang relative singkat, bisnis Wong Solo ini bisa menaklukan kota Jakarta, dan menanamkan tonggak bisnisnya di ibu kota Indonesia itu.

Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan,Puspo juga mulai merenovasi warungnya sehingga layak disebut sebagai rumah makan. Puspo tidak segan-segan untuk mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk memperbaiki tatanan rumah makannya tersebut dan menciptakan suasana yang semaksimal mungkin agar para pengunjung merasa nyaman untuk  rumah makannya tersebut. Bahkan ada beberapa pelanggan yang apabila sudah lama tidak berkunjung ke rumah makan Puspo, mereka meminta maaf kepada Puspo dan menjelaskan alasan kenapa mereka lama tidak berkunjung. Hal ini dikarenakan sifat dan sikap Puspo yang sangat baik dan ramah terhadap pelanggan yang membuat mereka merasa benar-benar dihargai. Dalam mengembangkan usahanya, Puspo berpedoman pada pepatah Jawa yaitu “goleko jeneng dhisik, lagi jenang”. Jeneng artinya nama, sedangkan jenang (pulut/ketan) yang maksudnya adalah keuntungan atau hasil. Jadi, apabila kita ingin sukses, janganlah tergesa-gesa untuk menikmati hasil dan keuntungan yang banyak, tetapi lebih fokus pada membangun nama/brand terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil evaluasinya selama ini menunjukkan bahwa nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak orang. Namun kalau dibandingkan dengan rumah makannya, Puspo mengakui bahwa namanya jauh lebih popular dibanding Wong Solo lainnya. Itulah sebabnya agar seimbang, Puspo mengupayakan agar nama rumah makannya bisa lebih popular dengan membuat sejumlah isu baru. Pertama, isu yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga dan dermawan. “Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” kata Puspo dengan terus terang. Berikutnya, Puspo fokus pada product branding dan beberapa produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan. Menurutnya, selama ini rumah makan  Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa, padahal usahanya ini memiliki beberapa pruduk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Dlangga, kangkung unggulan yang hidup di air panas Cibaya yang karena daya tahannya dinamakan Kangkung Perkasa. Selain itu juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya unik, karena menjurus pada poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau tumis Cah Poligami.

Ada beberapa kontroversi tentang Puspo Wardoyo, salah satunya adalah beristri banyak atau poligami. Bahkan Puspo mendukung adanya Poligami Award, yaitu semacam penghargaan untuk laki-laki yang beristri banyak. Puspo memilikin 4 orang istri, yaitu Rini Purwanti yang merupakan istru pertama, lalu Supiyanti, Anisa Nasution dan yang terakhir adalah Intan Ratih. Istri pertama dan kedua menetap di Medan, istri ketiga di Tangerang dan istri keempat di Semarang. Kini Puspo Wardoyo telah memiliki 15 orang anak. Terlepas dari kontroversi ada yang suka da nada yang tidak suka, Puspo merupakan salah satu pebisnis yang sukses dan piawai membrandkan dirinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun