Mohon tunggu...
R Adin Fadzkurrahman S.IP
R Adin Fadzkurrahman S.IP Mohon Tunggu... Ilmuwan - Kendal, Jawa Tengah

Seyogyanya saja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terorisme dan Pentingnya Pemulihan Psikologis Publik

14 Mei 2018   10:44 Diperbarui: 14 Mei 2018   10:59 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: nasinoal.sindonews.com

Isu terorisme semakin menggeliat belakangan ini, dimulai sejak kerusuhan di MAKOBRIMOB yang menewaskan beberapa anggota kepolisian serta menyebabkan yang lainnya terluka, belum rampung penyelidikan permasalahan, kali ini muncul permasalahan yang sangat serius yang disebabkan oleh teroris di wilayah Surabaya dengan mengebom tiga gereja dan menewaskan 9 orang termasuk pelaku.

Entah ini kebetulan ataukah sudah direncanakan untuk meneror umat beragama yang klimaksnya adalah menimbulkan perpecahan serta ketidak tenangan masyarakat menjelang pemilu serentak yang berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia. Perpecahan itu terjadi diakibatkan karena permasalahan terorisme senantiasa dikaitkan dengan agama tertentu, padahal jika dibandingkan antara perilaku yang dilakukan kelompok radikal tersebut amat sangat berbeda jauh dengan ajaran agama manapun dimuka bumi ini.

Amat sangatlah dibutuhkan sebuah jalinan persatuan dan kesatuan melalui komunikasi diantara pluralisme yang ada. Dan seakan menegur bangsa ini yang belakangan terlalu sibuk dengan berbagai kepentingan-kepentingan yang sebenarnya adalah hal yang sangat sepele, seperti yang penulis katakan diatas klimaks dari teroris adalah sebuah perpecahan didalam sebuah masyarakat yang beragam yang belakangan ini menunjukkan berbagai kemajuan dalam upaya menjalin persatuan diantara kebinekaan yang ada melalui berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai kalangan antar agama sebagai upaya merajut kebinekaan tersebut.

Banyak anggapan serta argumentasi," Argumen pertama dan nampaknya cukup dominan ialah argumen yang berangkat dari penjelasan bahwa kemiskinan (poverty), ketidakadilan (injustice), dan kesenjangan sosial (social inequality) adalah persoalan dasar yang menimbulkan ketidakberdayaan dan  mendorong kelompok-kelompok yang merasa dirugikan melakukan perlawanan, dan dalam proses perlawanan ini isu elemen 'agama' kerap digunakan sebagai senjata pengobar gerakan perlawanan. 

Argumen kedua, meski nampaknya tidak begitu populer, sebaliknya berargumen bahwa justru interpretasi terhadap ajaran-ajaran elemen agama itulah yang mendorong segelintir kelompok melakukan gerakan-gerakan teror." (dalam Visensio Bugis hal: 3).

Dari argument diatas maka kita mungkin dapat menelaah latar belakang kemunculan sikap terorisme. Dimana sebuah objek sensitive dalam kelompoknya maupun orang-orang yang menjadi calon rekrutmen  yang digunakan untuk membangun doktrin-doktrin perlawanan terhadap sebuah negara yang sah secara hukum. 

Memang terkadang berbagai ketidak adilan senantiasa menjadi perdebatan di berbagai kalangan khususnya mengenai hak asasi manusia yang muncul manakala penjatuhan sanksi secara langsung maupun tidak langsung (berdasarkan keputusan hukum), akan tetapi ketika kita berpikir secara logis jika permasalahan sanksi berat bagi teroris ini selalu dibenturkan dengan HAM maka tidak akan pernah menemukan muara dari berbagai permasalahan yang ada, sebab tidak dapat dipungkiri terorisme senantiasa erat dengan berbagai kekerasan yang dilakukan demi mencapai keinginan yang mereka tuju.

Kembali ke topik mengenai perilaku kejih oleh teroris di  Surabaya dan Sidoarjo yang melibatkan beberapa kelompok yang hendak mengusik sebuah keniscayaan yang ada yakni Kebhinekaan Indonesia, memang  saat ini pihak keamanan sedang melakukan berbagai upaya identifikasi guna mengetahui motif utama daripada perilaku ini. 

Akan tetapi jika melihat waktu yang mendekati event besar pesta demokrasi bangsa ini maka tujuan utamanya adalah yang sudah disebutkan diatas yakni menimbulkan kekhawatiran dikalangan masyarakat, menimbulkan perpecahan umat beragama karena terorisme senantiasa dikaitkan oleh isu-isu agama yang padahal tidak ada kajian yang relevan mengenai kaitan terorisme dan agama.

Dalam keadaan yang sedemikian rupa rasanya perlu pembangunan dan pemulihan psikologis publik oleh berbagai pihak baik pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi, pers/ media dalam penyajian berita haruslah di pertimbangkan terlebih dahulu mengenai dampaknya terhadap publik kedepan dan yang paling utama adalah pembangunan pola pikir masyarakat oleh berbagai tokoh agama guna menghindari perpecahan didalam diri bangsa ini dikarenakan kepentingan memecah belah bangsa oleh berbagai pihak berkepentingan dan melemparnya ke ranah agama. 

Yang pasti adalah saat ini kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan negara sebagai pelindung bagi masyarakat adalah sangat dibutuhkan dan urgensi, sebab ketika kepercayaan masyarakat terhadap negara mulai pudar sebuah bangsa akan sangat mudah dipecah belah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun