Agustus berpamit diakhir sebelum september datang. Ditempat yang sama kita bertemu. Meski tak ada sepatah kata membuka canda, seperti biasanya. Diam, membisu, menatap, membaca dalam batin dibalik topengmu.
Sementara aku yang berubah, seakan memiliki kekuatan batin yang begitu tajam. Menembus dibalik topengmu. Menatap tajam kearah mataku, bersama panas matahari yang mencanda. Sedang kamu tetap berdiam, memainkan matamu untuk membacaku ataupun mungkin kau mulai membuka laci-laci ingatan. Kerana kita sudah lama tak bertemu.
Aku seperti memiliki indra ke enam. yang mampu melihatmu tanpa batas, merasakan apa yang sedang kamu rasakan. Membaca pikiranmu meski dari kejauhan. Mendengarkan suara batinmu ''Maaf, tak ada gunanya kita bicara. Lupakanlah, jangan ingat. Karena kita sudah berbeda''. Â ''Jangan bicara begitu, kita tetap akan bertemu disetiap waktu yang tak terduga, kerana kehidupan ditempat yang sama'' jawabku seolah berbicara dengan batinnya.
Mungkin ia mendengarku. Atau setidaknya merasakan apa yang aku katakan. Sementara waktuku yang terbatas harus berakhir untuk melihatmu. Dan aku memutuskan untuk kembali ke Kota Permata Pantura. Sementara matamu tak bisa lepas dari jejak langkah pergiku. Sampai jumpa, Teratai Putih.
R. Adin Fadzkurrahman
Semarang\30 Agustus 2018.
