Mohon tunggu...
Adilah Azzahra
Adilah Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

in the world u can be anything, be kind

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kedamaian dari Sang Penggila

28 November 2021   20:14 Diperbarui: 28 November 2021   20:18 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : ikpni.or.id

Pagi ini ada sebuah surat yang datang kepadaku, dalam surat itu tertulis “Jenderal Gatot Soebroto adalah pemimpin yang tegas dan disiplin, dia selalu membela dan memikirkan pribumi dibandingkan yang lain. Bantuan yang Jenderal berikan sangat membantu rakyat kecil seperti kami, terima kasih banyak atas kebaikan yang jenderal berikan kepada kami.” Surat itu di bacakan oleh anak buahku, aku sadar aku mempunyai pengaruh yang besar terhadap rakyat aku memutuskan Kembali ke militer setelah sempat vakum bertahun-tahun.

Setahun sebelum aku memutuskan untuk keluar dari dunia permiliteran aku ditugaskan dengan pemberontakan yang ada di Jawa, dan di Sulawesi Selatan juga terdapat pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin oleh Kahar Muzakar pada tahun 1952. Aku pun mengambil bagian dalam pembentukan strategi aku diserahi untuk menumpas pasukan pemberontak dan kembali pulang dengan membawa kemenangan.  Tentu kami gembira bukan kepalang karena berhasil mengalahkan. Tak hanya sekadar kemenangan, aku diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV Diponegoro pada tahun yang sama.

Ini tidak mudah setelah apa yang terjadi pada tahun 1953. Aku diangkat menjadi Wakasad atau Wakil Staf Angkatan Darat pada tahun 1956. Saat menjadi Wakasad, terjadi pemberontakan permesta yang ada di Sumatera dan Sulawesi Utara. Pemberontakan itu terjadi karena ketidakharmonisan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang disebabkan dari masalah otonomi daerah terutama di daera Sulawesi dan Sumatera. Suasana yang kacau karena terjadinya pemberontakan tidak membuatku dan prajurit yang lain mundur.

Segalanya aku korbankan untuk negeri, untuk rakyat pribumi, dan untuk keluargaku. Aku kini berusia 55 tahun, sedang berdiri di tanah Jakarta, tempat kemerdekaan Indonesia diumumkan. Di umur ke-55 dengan jiwa yang masih memiliki semangat untuk Indonesia walau ragaku sudah tidak kuasa menahan sakit akibat penyakit jantung yang aku derita.

.....

Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Subroto meninggal di usia 55 tahun. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Pantas saja ia mendapatkan pangkat tertinggi dalam bidang militer tersebut mengingat jasanya tak bisa dibilang kecil. Ia adalah penggagas dibentuknya tentara gabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang disebut AKABRI pada tahun 1965. Perjuangan dari Jenderal Gatot Soebroto membuatnya mendapat gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962 disematkan kepadanya. Dan nama ‘Gatot Soebroto’ dijadikan nama jalan di jalan besar di ibukota DKI Jakarta dan beberapa daerah lainya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun