Mohon tunggu...
Adilah Azzahra
Adilah Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

in the world u can be anything, be kind

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kedamaian dari Sang Penggila

28 November 2021   20:14 Diperbarui: 28 November 2021   20:18 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : ikpni.or.id

Pada saat sedang bertugas untuk PETA, ada salah satu anggota keluarga dari keluarga yang anggotanya terpaksa di tangkap dan di hukum oleh pemerintahan Belanda datang kepadaku dengan wajah yang memelas dan berkata, “Tuan, tolong bantu kami.”  Terdengar suara tangisan anak-anak sambil memegangi perut mereka, aku tak kuasa melihat saudara sesama pribumi menderita seperti ini. Seorang anggota dilarang keras bergaul dengan rakyat. Tetapi bagiku larangan itu tidak sepenuhnya dipatuhinya.

Sebisa mungkin aku membantu mereka, banyak cara aku lakukan agar mereka mendapat atau setidaknya bisa makan dan memiliki kehidupan yang cukup. Aku menyisihkan beberapa gajiku untuk modal mereka membuka usaha. Perbuatan yang aku lakukan tentunya berisiko.

Harapan mereka ada di tanganku, walau ketahuan oleh atasan dan di omeli karena tidak seharusnya. Tetap saja aku tetap memberi mereka setengah yang aku punya, terlebih kepada mereka yang dihukum dibawah pengawasanku.

Selama menjadi anggota PETA, aku diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas. Aku sangat bangga kepada diriku sendiri karena atas kerja keras yang aku lakukan. Banyak hal yang aku pelajari dan dapatkan di PETA. Tak hanya menjadi komandan kompi di Banyumas, aku pun diangkat menjadi komandan batalyon oleh pemerintah Jepang. Pencapaian yang aku dapatkan juga karena Kerja sama antar anggota yang membuat tim kami meraih kemenangan.

Sejumlah prestasi aku banyak dapatkan Ketika aku menjadi anggota PETA. Dan Ketika saat-saat yang di tunggu pun tiba. Indonesia menyatakan kemerdekaanya di tanggal 17 Agustus 1945. Suasana pada saat itu haru bercampur senang, aku turut merasakan kebebasan. Pada saat itu aku masih berada di Banyumas untuk melaksanakan tugas. Aku sedang bertugas sebagai Daidanco adalah Pasukan PETA yang paling tinggi, yakni batalyon.  

Di Banyumas, Aku berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian dan sesudah itu aku diangkat menjadi KepaIa Kepolisian seluruh Karesidenan Banyumas. Selain itu aku juga aktif bersama-sama pimpinan BKR mengadakan perundingan dengan pihak Jepang dalam rangka mengambil alih kekuasaan. 


Hasilnya, Jepang menyerahkan seluruh persenjataan, sehingga BKR Banyumas memiliki persenjataan yang cukup banyak pada waktu itu. Malahan sebagian dari senjata itu dikirimkan untuk membantu BKR Jawa Barat


Menjadi anggota militer merupakan suatu kehormatan untukku, dan terlebih banyak kenangan yang tercipta dari aku menjadi anggota militer, banyak kenangan manis dan pahit.
Dari kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan yaitu antara tahun 1945 hingga 1950, aku dipercaya menjabat beberapa jabatan penting yaitu Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Beberapa bulan setelahnya aku dan beberapa perwira muda sempat mengobrol Bersama dan saling bertukar pikiran. Aku senang mendengar kaum muda dan bagaimana cara berpikir mereka. Mereka adalah penerus generasi militer yang harus diperhatikan, untuk itu aku menaruh perhatianku dan memikirkan bagaimana cara agar menyatukan akademi militer setiap angkatan yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara menjadi satu akademi. Gagasan tersebut kemudian terwujud dengan terbentuknya AKABRI atau Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Aku sendiri merasakan betapa pentingnya pendidikan militer formil yang tidak pernah aku alami. Aku  mempunyai perhatian besar terhadap perwira-perwira-muda yang berbakat. Diantara perwira muda yang dekat denganku ialah Ahmad Yani. Aku melihat perwira muda ini memiliki kemampuan yang dapat dipercaya untuk memikul tanggungjawab pimpinan Angkatan Darat. Karena itu perwira ini merupakan focus utamaku.

Tahun demi tahun aku jalani untuk mengabdi pada negara, namun sayang aku memutuskan untuk keluar dari militer setelah aku di tuduh menjadi dalang dari kerusuhan yang terjadi pada tahun 1953, aku tidak tau siapa yang memulai penyebaran rumor tersebut namun Ketika mendengar tuduhan itu aku memutuskan berhenti dari dunia permiliteran.
Keluar dari militer tidak membuatku berhenti untuk mengabdi kepada negara, hanya saja aku perlu rehat dan berhenti sejenak atas apa yang terjadi. Aku juga perlu menenangkan diri dari semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun