Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perang Saudara Kian Dekati Timur Eropa

17 April 2014   00:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
-Ilustrasi, Peta Eropa Timur (anehira.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="454" caption="-Ilustrasi, Peta Eropa Timur (anehira.com)"][/caption]

Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague dan Menlu Perancis, Laurent Fabius dibuat putus asa oleh keraguan beberapa koleganya sesama Uni Eropa dalam menyikapi sanksi untuk Rusia atas situasi Ukraina. Ketegangan yang meningkat dan keraguan akan efektifitas sanksi hingga kemungkinan jauh lebih buruk lagi, perang saudara di depan mata adalah argumen yang mengemuka.

 

Keputusan pasca pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa (UE) itu pada Senin (14/4) adalah menyepakati penambahan daftar orang-orang yang akan dikenai sanksi atas keterlibatan mereka dalam krisis Ukraina. Meskipun UE sendiri memutuskan tidak akan menerapkan tindakan yang lebih keras menjelang pertemuan tingkat tinggi yang akan diikuti oleh para pejabat tinggi UE, Amerika Serikat, Rusia dan Ukraina sendiri pekan ini.

 

Seperti dirilis AFP (tanpa merinci nama), sudah ada setidaknya 33 pejabat dan pemimpin perusahaan asal Ukraina dan Rusia, termasuk orang-orang di lingkaran Presiden Rusia Vladimir Putin, dimasukkan dalam daftar sanksi tersebut. Mereka diaganggap, terutama Rusia, bertanggung jawab atas situasi terakhir di Ukraina timur yang berbatasan dengan Republik Crimea.

 

Di wilayah itu, para milisi pro-Kremlin semakin agresif dan telah menduduki banyak gedung pemerintahan. Pendudukan itu dimaksudkan untuk memberi pesan yang jelas kepada peremeritahan di Kiev yang pro-UE agar mereka menghentikan mengambil sikap atau harus menghadapi konsekuensi.

 

Eropa menganggap aksi milisi di Ukraina adalah bagian dari intervensi Rusia atas kehendak Majelis Federasi Rusia melalui Putin. Namun sanksi itu bukanlah solusi bagi situasi Ukraina terkini. Negeri itu terancam perang saudara dan tingkat ketegangan sangat kritis hingga mungkin Suriah bukan lagi menjadi berita menarik.

 

Manuver Kapal Perang AS

 

Perekonomian Eropa dan Amerika tidak dalam kondisi prima jika mereka menerapkan sanksi hanya demi Ukraina. Apalagi sanksi itu dapat berakibat pada meluasnya tuntutan pro-Rusia yang percaya diri siap menjadikan Negeri Shevchenko itu sebagai arena perang Eropa terbaru. Hal ini terlihat dari kehadiran kapal perang jenis perusak yang dilengkapi rudal milik AS, Donald Cook dan kapal perang intelijen Prancis bernama Dupuy de Lome di Laut Hitam.

 

Diyakini, pengiriman kapal perusak Donald Cook sebagai langkah lanjutan untuk meyakinkan negara-negara sekutu NATO dalam mengantisipasi intensitas ketegangan akibat krisis di Ukraina. Kehadiran kapal AS dari armada Mediterania itu mungkin tidak dimaksudkan membuat takut Rusia, tapi jelas itu adalah bentuk peringatan bahwa mereka siap melakukan operasi militer. Manuver AS di Laut Hitam juga menunjukkan eksistensi dukungan mereka pada mitra-sekutu Eropa-nya.

 

Sebagai informasi, USS Donald Cook adalah kapal perang AS ketiga dikirim ke Laut Hitam. Melanjutkan kehadiran kapal jenis fregat USS Taylor dan USS Truxtun yang melewati selat Bosphorus dengan misi masing masing. USS Taylor untuk Olimpiade Sochi dan USS Truxtun untuk latihan bersama Bulgaria dan Rumania. Namun kehadiran kapal perang AS sebelumnya sering menyalahi aturan dalam Konvensi Montreux. Dimana konvensi itu mengatur kapal-kapal perang dari negara-negara yang tidak memiliki akses ke Laut Hitam tidak boleh lebih dari 21 hari di laut itu. Alasan yang digunakan AS adalah kandas dan banyak lainnya. Ini mengingatkan kita tentang kehadiran kapal AS ditambah dengan kapal induknya di perairan Jawa dan selat Karimata untuk menekan pemerintahan 2003 lalu.

 

Kembali ke Ukraina,

 

Perang Saudara

 

Mulusnya misi Rusia menarik Crimea ke federasi mereka menginspirasi wilayah lain di Ukraina ( terutama wilaya timur ) menuntut hal yang sama. Meningkatnya milisi pro-Kremlin menjadikan Ukraina diambang perang saudara. Hal ini ditingkahi oleh Kiev setelah mereka juga mengirim pasukannya untuk menyerang para separatis pro-Rusia di daerah timur negara itu.

 

Ketegangan yang mengkhawatirkan itu diperingatkan Presiden Putin melalui telepon antara Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel, Rabu ( Reuters ). Merkel adalah salah satu pemimpin Eropa yang paling sabar menghadapi Putin dalam gejolak Ukraina. Keduanya tidak dapat mengambil sikap untuk menahan tentara Ukraina dalam mengerahkan dua puluhan tank ke kota Slavyansk, di sebelah timur Ukraina yang bergolak. Pengiriman tank itu ditujukan untuk menumpas kelompok separatis pro-Moskow di kota industri yang secara de facto telah jatuh ke tangan kekuasaan separatis bersenjata sejak Sabtu lalu.

 

Sebelum kota Slavyansk, kelompok garis keras pro-Kremlin ditengarai telah menduduki 10 kota lain di daerah tak jauh dari sekitar Crimea. Badan Keamanan Ukraina (SBU) bertekad menghabisi para pembangkang atas nama hak sebagai negara berdaulat. Namun tantangan mereka adalah bahwa para separatis ternyata mendapat dukungan ratusan tentara dari Direktorat Intelijen Utama (GRU) yang dikirim ke Slavyansk dan pedesaan sekitar.

 

Operasi militer Ukraina sendiri didukung secara politik oleh Washington. Gedung Putih menganggap tindakan itu sebagai satu tanggapan yang harus dilakukakn terhadap satu pemberontakan yang menyebabkan pemerintah berada dalam situasi "yang tidak dapat dipertahankan".

 

Ukraina berada dalam ancaman perang besar-besaran yang dapat dan mungkin sudah meluas ke perbatasan timur Uni Eropa. Kekhawatiran perang akan semakin menyulitkan ekonomi Eropa dan proses pemulihan di Amerika. Efeknya akan sangat terasa manakala UE semakin ikut bermain sanksi hanya karena mereka ingin Ukraina masuk zona Eropa.

 

Dan NATO, adakah mereka kelebihan energi dan adrenalin sejak meredupnya perang Irak?

 

=Sachsâ„¢=

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun