Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Jangan Dibaca Sebelum 17 Agustus 2045

17 Agustus 2016   05:51 Diperbarui: 17 Agustus 2016   07:39 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-cucu terkasih, aku bersyukur kau menemukan surat sederhana ini. Namun demikian, kalau sekarang belum tanggal 17 Agustus 2045, aku mohon kau menyimpan kembali surat ini di dalam kotak.

Dengan segala hormat, surat ini hanya boleh dibaca setelah tanggal 17 Agustus 2045, sebab makna yang terdapat dalam surat ini lebih ditujukan kepada generasi yang hidup setelah Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan.

Aku menulis surat ini sewaktu berada di dalam keretaapi, yang membawaku menyisir Pulau Jawa. Keretaapi yang kutumpangi berjalan dengan kecepatan 80 km/jam di atas rel besi, yang membelah sawah yang tengah menguning keemasan.

www.id.wikipedia.org
www.id.wikipedia.org
Di kaca jendela aku melihat semburat warna jingga di kaki langit yang bersih. Terpikir olehku bahwa pemandangan seindah itu mungkin saja akan lenyap lima-enam puluh tahun yang akan datang.

Keretaapi ini pun suatu saat akan pensiun. Keretaapi ini mungkin saja akan dipajang di museum atau bahkan dibuang begitu saja seperti benda sejarah lainnya, sebab, pada zamanmu, anak-cucu terkasih, keretaapi yang jauh lebih cepat akan melintasi setiap ruas rel-rel yang tersedia.

Keretaapi pada zamanmu tentunya akan menyerupai JR Maglev MLX-01 milik Jepang. Pada masaku, kereta listrik itu termaktub dalam Guinness World Record sebagai kereta tercepat di dunia.

Dengan kecepatan 581 km/jam, kereta itu mampu melesat secepat pesawat terbang! (Bahkan, saking cepatnya, kau mungkin hanya perlu memejamkan matamu sebentar dan tahu-tahu kau sudah tiba di stasiun tujuan!)

www.tokyoweekender.com
www.tokyoweekender.com
Anak-cucu terkasih, transportasi lain pada zamanmu pun pastinya jauh lebih maju sehingga kau dapat pergi ke manapun dengan mudah. Sewaktu masih kecil, untuk pergi ke sekolah saja, aku harus mengerahkan banyak tenaga. Aku mesti berjalan kaki puluhan meter, berjejalan di metromini yang rombeng, atau berboncengan dengan sopir ojek, sebelum bisa menginjakkan kaki di ruang kelas.

Sementara itu, pada zamanmu, kau tentu lebih mudah menuju sekolah, sebab semua moda transportasi, seperti bus, keretaapi, dan monorail, sudah terintegrasi sepenuhnya. Kau hanya harus berpindah-pindah moda transportasi di sejumlah titik tanpa harus berpanas-panasan menunggu angkot yang sering mengetem di bahu jalan atau terjebak kemacetan yang menguras banyak emosi.

Anak-cucu tercinta, perayaan Hari Kemerdekaan pada zamanmu tentulah unik. Setiap tanggal 17 Agustus, sekolah mengadakan pelbagai lomba, seperti balap karung, tarik tambang, pipa bocor, perang bantal, dan makan kerupuk. Aku merasa terhibur oleh lomba-lomba tersebut.

Kalau boleh membanggakan diri, di sekolah, aku tercatat sebagai juara bertahan lomba makan kerupuk. Aku memang mempunyai bakat khusus, terutama soal makan. Aku bisa melahap sebuah kerupuk dalam beberapa gigitan, dan semua itu membuat lawan-lawanku minder. Jadi, saat aku ikut lomba, lawan-lawanku terlihat takut oleh kerakusanku dalam melahap kerupuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun