Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Belajar Mengenal "Tren Saham" dari Kemenangan Bayern Munchen

18 Agustus 2020   07:17 Diperbarui: 18 Agustus 2020   07:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Bayern Munchen / sumber: https://pikiran-rakyat.com

1. Anomali Saham

Dalam sejumlah kasus, saya menjumpai beberapa saham yang agak "aneh". Disebut demikian, karena kondisi fundamentalnya "berseberangan" dengan harga sahamnya. Sebuah contoh yang memperlihatkan anomali ini adalah saham dari bank BUKU III yang sudah cukup lama saya awasi.

Dari sisi fundamentalnya, saya mengamati bahwa semuanya baik-baik saja. Labanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Manajemennya terlihat kompeten. Laporan dari auditor menyatakan wajar. Tidak ada kasus hukum yang membelit bank tadi dalam beberapa tahun terakhir. Singkatnya, semua tampak wajar.

Namun, anehnya, harga saham hanya jalan di tempat. Trennya tidak mengikuti fundamentalnya, tetapi malah sebaliknya, cenderung stagnan dalam beberapa tahun belakangan.

Tren tersebut akhirnya memberi tahu saya bahwa ada "sesuatu" yang tidak saya ketahui tentang perusahaan, sehingga harga sahamnya cenderung diabaikan investor lain. Alhasil, biarpun di laporan keuangannya, kinerjanya tampak gemilang, namun saya enggan berinvestasi di saham tadi, sebab risikonya terlalu besar.

Selain itu, tren juga bisa digunakan untuk mengetahui sinyal pembalikan arah. Saya biasanya memperhatikan tren saat akan membeli "saham pemulihan". Yang dimaksud "saham pemulihan" adalah saham yang beberapa tahun terakhir berkinerja sangat buruk (rugi terus), sehingga harganya jatuh begitu dalam. Namun, pada tahun-tahun tertentu, kinerja membaik, dan harganya pun mulai bangkit.

Jika menemukan saham demikian, biasanya saya akan memeriksa pergerakan harganya. Saya ingin tahu apakah investor lain mempunyai persepsi yang sama bahwa fundamentalnya pulih, dan harga sahamnya layak diapresiasi. Kalau memang demikian, maka saya bakal membelinya.

Hal yang sama juga berlaku apabila ada saham yang harganya terus naik, tetapi fundamentalnya memburuk. Boleh jadi, itu menandakan bahwa harganya sudah "digoreng", dan akan terjadi penurunan harga yang tajam. Alhasil, kalau ada tanda-tanda tersebut, sebaiknya jauhi saham demikian.

2. Waktu untuk Membeli dan Menjual Saham

Bagi investor yang mengandalkan analisis teknikal, tren harga sebuah saham bisa menjadi barometer dalam membeli dan menjual saham. Jika sejumlah indikator menunjukkan bahwa sebuah saham akan "terbang" harganya, maka investor biasanya akan pasang harga tanpa perlu memperhatikan fundamentalnya. Demikian pula sebaliknya.

Praktik seperti ini memang terkesan seperti "judi", mengingat hanya tren harga saja yang diperhatikan, sementara fundamental perusahaan yang notabenenya merupakan penyebab utama dalam pergerakan harga saham justru diabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun