Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Sapardi Djoko Damono, "Penyair Kalem" yang Puisinya Begitu Dalam

19 Juli 2020   13:36 Diperbarui: 19 Juli 2020   13:45 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapardi Djoko Damono/ sumber: https://asset.kompas.com

Aku Ingin

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


Tak hanya puisi, Sapardi juga diketahui menulis novel. Salah satu novelnya yang sudah diterbitkan ialah Hujan Bulan Juni. Novel ini terinspirasi dari puisi ciptaannya yang berjudul sama.

Novel ini mengupas kisah percintaan dari sejoli bernama Sarwono dan Pingkan yang berbeda suku. Perbedaan inilah yang memicu konflik dan menggulirkan alur di dalam novel tersebut.

Jika dicermati, perbedaan yang terjadi antartokoh di novel tadi ibarat "anomali" dalam puisi Hujan Bulan Juni. Seperti diketahui, bulan Juni merupakan salah satu periode pada musim kemarau. Jarang sekali turun hujan pada bulan tersebut. Jadi, kalau ada hujan yang turun pada bulan itu, maka peristiwa itu dianggap sebagai sesuatu yang "aneh".

Meski begitu, di tengah "anomali" tadi, ada sebuah keintiman yang "tercipta". Bahwa di tengah perbedaan, masih ada sesuatu yang bisa menyatukan, yakni cinta, seperti yang terlukis dengan begitu "dalam" pada baris-baris lirik berikut.

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Sayangnya, kita tidak bisa lagi meresapi puisi-puisi Sapardi yang sangat kalem itu. Sebab, setelah sebulan kondisi kesehatannya menurun, Sapardi berpulang pada hari ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun