Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jika Dapat K-Rewards, Pilih Dikasih "Saldo Gopay" atau "Saldo Laba"?

6 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 6 Februari 2020   09:11 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K-Rewards Kompasiana (sumber: www.kompasiana.com)

Skema ini umum dipakai dalam sejumlah perusahaan, termasuk yang berlabel "terbuka" atau "tbk". Saat sebuah perusahaan terbuka menghasilkan untung yang besar, manajemen bisa menggunakan keuntungan tadi untuk menambah modal atau menyetorkan dividen kepada para pemegang saham.

Kalau manajemen memutuskan mengalokasikan semua laba ke dalam modal tanpa membagikan dividen sedikit pun, maka pos Saldo Laba di Neraca akan bertambah secara signifikan. Sekadar informasi, Saldo Laba adalah akumulasi laba yang "disimpan" perusahaan pada masa lalu untuk mengembangkan bisnis.

Oleh sebab itu, Saldo Laba kerap dijadikan sebagai "barometer" untuk mengukur kekayaan para pemegang saham. Semakin "gendut" saldonya, berarti semakin "kaya" para investornya.

Meski begitu, bukan berarti saham perusahaan tersebut akan langsung naik harganya. Sebab, perusahaan yang hanya menempatkan semua laba ke modal tanpa memberikan dividen sepeser pun biasanya kurang "dilirik" investor.

Satu saham yang dijadikan contoh adalah NISP (Bank OCBC NISP Tbk). Jika dilihat lewat analisis fundamental, saham NISP sebetulnya mempunyai kinerja yang baik.

Berdasarkan Laporan Tahun 2019 saja, laba yang berhasil diperoleh perusahaan mencapai Rp 2 triliun lebih. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, Rasio Kecukupan Modal-nya (Capital Adequacy Ratio) pun terus membaik. Pada tahun 2019, Rasio Kecukupan Modal-nya mencapai 19% alias meningkat 2% dari tahun 2018.

Rasio Non Performing Loan-nya? Juga turun jadi 0,78%, dari yang sebelumnya 0,82%. Dengan demikian, boleh dikatakan risiko gagal bayar yang mungkin dialami perusahaan lumayan berkurang.

Jika melihat semua "prestasi" di atas, seharusnya harga saham NISP akan "terbang" setelah manajemen merilis laporan tahunan. Namun, anehnya, yang terjadi justru sebaliknya. Sahamnya terlihat "adem-ayem", seolah malas beranjak dari harga 800-an!

"Anomali" ini mungkin terjadi lantaran investor enggan membeli saham NISP. Maklum, biarpun sudah membukukan laba yang terus meningkat beberapa tahun terakhir, manajemen bank nisp masih enggan membagikan dividen.

Alasannya? Karena perusahaan sedang mengejar target untuk menjadi Bank Buku IV pada tahun 2021. Makanya, laba yang berhasil diraih selama ini semuanya ditahan dan dipakai untuk memperkuat modal usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun