Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tak Ada Kata "Cuti" bagi Seorang Penulis?

2 September 2017   07:57 Diperbarui: 4 September 2017   15:27 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: http://inspireportal.com

Saat libur panjang seperti saat ini, pekerja kantoran umumnya menghabiskan waktunya untuk mengunjungi sejumlah destinasi wisata, tapi bagi seorang penulis, justru waktu luang seperti inilah yang dipakai untuk "bekerja". Setidaknya itulah yang saya alami pada saat saya menuliskan setiap kata di artikel ini.

Setelah harus bekerja menyunting sebuah naskah Tiongkok sepanjang minggu kemarin, akhirnya, saya punya kesempatan untuk membikin sebuah tulisan sederhana. Niat untuk membikin sebuat artikel sebetulnya sudah ada. Idenya pun terus "berkecamuk" di dalam kepala saya, seolah "minta" diwujudkan dalam bentuk aksara. Namun, karena selalu merasa lelah sehabis bekerja, keinginan tersebut akhirnya urung dilaksanakan.

Namun demikian, untungnya, kini saya punya kesempatan untuk membikin tulisan. Makanya, saya sering heran dengan pola hidup yang saya jalani. Saat orang lain bekerja, saya pergi liburan. Sebaliknya, ketika orang lain pergi melancong ke suatu tempat, saya malah menjalani suatu pekerjaan. Seperti sebuah "anomali" saja! Hahahahahahahaha.

Namun demikian, saya tak menyesal memakai waktu libur untuk menyusun sebuah artikel. Soalnya, bagi saya, menulis itu sebuah "terapi". Dengan menulis, saya dapat menerapi kesehatan mental saya. Mekanismenya memang agak sulit dijelaskan.

Namun, yang jelas, begitu selesai membikin sebuah tulisan, rasanya beban di hati ini telah terungkit semua. Plong. Bebas. Merdeka. Apalagi, sewaktu di-share ke sebuah situs, macam Kompasiana, dan pembaca menilai bahwa artikel itu memberi lebih banyak manfaat, hati ini merasa bahagia lantaran bisa berbuat bajik kepada orang lain.

Makanya, kadang saya berpikir, "Apa betul penulis itu gak punya waktu cuti?" Sewaktu memikirkan hal tersebut, pikiran saya tiba-tiba teringat pada Jean-Paul Sartre. Penulis Perancis yang sempat mendapat Nobel Sastra itu dulu pernah bilang akan berhenti menulis lantaran untuk menyampaikan suatu kebenaran, seorang penulis, seperti dirinya, tidak harus membuat sebuah karya tulis berupa jurnal filsafat atau novel yang "berat". Menurutnya, masih ada acara lain untuk menguak suatu kebenaran. Maka, wajar saja kalau seorang penulis memutuskan "cuti" atau bahkan "pensiun" dari dunia kepenulisan.

Namun demikian, setelah berkata demikian, Sartre tidak benar-benar "cuti" atau "pensiun" dari jagat tulis-menulis. Dia malah tetap berkarya sampai akhir hayatnya. Buktinya, puluhan judul novel telah terbit setelah dia meninggal dunia.

Saya hanya bisa berandai-andai soal penyebab Sartre berujar demikian. Mungkin saja, "keran" kreativitasnya dalam membikin sebuah tulisan sedang seret. Makanya, pada masa-masa seperti itulah, dia sulit membikin satu tulisan pun! Makanya, dia berani mengatakan demikian.

Menurut saya, kreativitas memang menjadi "energi utama" bagi seorang penulis. Makanya, penulis harus mampu mengolah dan mengelola energi tersebut. Jangan sampai terjadi pemborosan, sehingga kreativitas itu menjadi kering manakala kita sedang membutuhkannya untuk membuat tulisan.

Untuk itu, saya kemudian teringat sebuah buku yang ditulis oleh Andrei Aksana. Buku itu menyebutkan bahwa seorang penulis dibedakan atas dua tipe, yaitu "yang napasnya panjang" dan "yang napasnya pendek".

Maksudnya begini. Penulis yang punya napas panjang biasanya mampu membikin sebuah buku atau novel tebal dengan "mudah". Mereka umumnya piawai berkata-kata dan dapat membuat tulisan yang panjang tanpa merasa lelah. Makanya, kalau diminta menulis artikel pendek atau cerpen, mereka sering "tersiksa". Semua itu terjadi lantaran mereka harus "membantai" setiap kalimat yang ditulisnya hingga menjadi tulisan yang ramping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun