Mohon tunggu...
Adi Permana
Adi Permana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Rakyat biasa

Revolusi belum selesai..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Pencitraan

24 Februari 2019   00:38 Diperbarui: 24 Februari 2019   12:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JOKOWI PENCITRAAN! Stigma dan melodrama yang sering diulang-ulang netizen soal Presiden Jokowi, ini salah satunya! Ramai sekali orang-orang menuduh: Jokowi PENCITRAAN! Ngevlog, nge-iklan dimana-mana, Anda panas dan protes. Please, wahai netizen yang budiman, stigma dan melodrama anda harus disudahi.

Asal netizen tahu, sudah menjadi kewajiban suatu pemerintahan (di negara manapun, bahkan Korea Utara) harus menunjukkan kinerjanya! Memangnya kenapa tidak boleh PENCITRAAN? Bahkan Soekarno dulu pun pencitraan membangun Stadion GBK , Monas, Masjid Istiqlal. Soeharto juga tentang keberhasilan Swasembada Pangan, tagline Indonesia Macan Asia. 

Semua demi apa? Dilihat rakyatnya! Kalo Jokowi nggak boleh ngevlog, nggak boleh nge-iklan, terus pertanggungjawaban dia harus gimana di mata rakyat? Ngevlog ya bagus, supaya tahu seorang presiden (yang kita gaji) itu kegiatannya ngapain aja sih, jadi tau dia kemana aja kerjanya, justru bagus lah itu pencitraan, berarti dia tidak sedang tidur atau hanya duduk di kursi istana yang empuk! Ada lagi soal nge-iklan di bioskop? Ya bagus, biar jajaran kementeriannya bekerja, kominfo bekerja, kemenPUPR bekerja, coba kalau nggak nge-iklan? Bisa sia-sia uang kita ngegaji para menteri karena tidak dapat mengiklankan hasil kerjanya. Ibarat kita menjadi dosen, mau lihat presentasi apa dari para mahasiswa (para menteri itu) kalau slide-nya hanya kosong, tidak ada yang dicitrakan.

Biasa saja sebenernya soal ini. Tapi melodrama yang berkembang netizen-netizen banyak protes, "Wah ini pencitraan! Rezim penuh pencitraan!" Ya memang iya. Justru anda harusnya bersyukur punya mata dimanjakan oleh citra-citra, gambar-gambar yang terpampang, artinya pemerintah masih hadir di tengah rakyatnya. 

Satelit saja butuh "Citra Satelit", masak kita manusia tidak butuh "Citra Manusia". Selama hidup kita dianugerahi mata, disyukuri saja bahwa kita masih bisa melihat, disuguhkan citra dan pencitraan yang ada. Kalau tidak, ya tutup saja mata daripada melihat tapi malah protes-protes, mubazir sekali hidup Anda.

Jadi kesimpulannya para netizen yang budiman, STOP MENYEBUT JOKOWI PENCITRAAN. Mau siapapun presidennya, Prabowo, Fadli Zon, Ahmad Dhani, atau siapapun dia, pencitraan memang harus dan akan terus ada dari masa ke masa. Kecuali jika kita rakyat sepakat untuk membubarkan Kominfo, maka mungkin takkan ada lagi itu pencitraan pemerintah. 

Anda sebagai yg diperintah sebaiknya elegan sedikit karena pemerintah itu ibarat orang tua, kalau kerjaanmu protes melulu bisa jadi anak durhaka Anda. Apalagi, penting untuk Anda catat, ini zaman demokrasi bung, paling lama juga 10 tahun orang jadi Presiden. Kalau sampe 32 tahun mungkin bisa masuk di akal kita untuk protes-protes karena heran kok presiden nggak mau gantian sama orang yang lain. 

Jadi sabar saja wahai netizen yang budiman, slow down your temprament because we're riding in a nation of democracy, not a dictatorship. Stigma, melodrama, protes-protes Anda sebaiknya ditahan saja lag. Kalau Jokowi mau pencitraan berikanlah beliau waktu, toh nggak sampai lah 32 tahun beliau memimpin.

Semoga segala #MelodramaNetizen #MelodramaPolitik #Stigma yg terjadi bisa mereda setelah ini. Salam Rileks. Enjoy democracy! #SekedarMengingatkan #SekedarHiburan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun