Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencegah Banjir di Kota Padang (Bagian 3 dari 3 Tulisan)

16 Oktober 2019   21:21 Diperbarui: 16 Oktober 2019   21:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan Kota Padang dilihat dari udara. (Foto: creative commons atribusi - wikimedia.org)

Selokan yang Memprihatinkan

LIHATLAH selokan di lingkungan tempat tinggal kita. Rata-rata kondisinya memprihatinkan. Sampah berserakan, tersumbat, jarang sekali dibersihkan. Lucunya, trotoar di berbagai lokasi jalan utama mulai dipercantik. Tapi selokannya dipersempit. Ironis?

Jujur saja, nasib selokan di banyak kawasan sungguh miris. Sulit menyaksikan selokan yang terawat. Begitulah. Dan masih syukur, Pemko Padang saat ini sedang berjibaku membersihkan Batang Harau yang sudah puluhan tahun tak diperhatikan. Semoga, Batang Harau jadi titik awal memerdekakan sungai, batang air, dan selokan di Padang kota tercinta ini.

Sudah berbuih-buih doktor dan profesor di kota ini mengingatkan warganya agar memelihara lingkungan guna menghindari ibukota Sumbar ini dari serangan banjir di musim penghujan. Namun kesadaran untuk itu masih saja belum maksimal. Pertanda pegiat lingkungan belum atau tak diperhatikan masukannya.

Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) memang sudah ada di Padang. Mereka giat bersosialisasi ke pemuka warga. Dianjurkan beragam kesadaran agar mencintai kota ini dalam arti sebenarnya. Tingkatkan pemeliharaan lingkungan. Jangan digunduli juga pebukitan. Taatlah pada aturan. Termasuk pemerintah, jangan diizinkan juga membangun di kawasan terlarang. Jangan tongkat yang membawa rebah.

Dengarlah masukan doktor, profesor, dan pegiat lingkungan. Sebab itu untuk kenyamanan kita sebagai warga hidup di kota kebanggaan ini.

Terus terang, kesadaran mendalam akan cinta lingkungan belum membudaya di kota yang kita cintai ini. Lihat saja buktinya: selokan 'bacilapuik', tersumbat, jadi tempat buangan sampah. Sedimennya memprihatinkan. Lurah seperti tak bersemangat bergotong-royong bersama warganya membersihkan lingkungan. Harus diakui, jalan lingkungan rata-rata di kota tercinta ini sudah mulus. Tapi selokannya masih memprihatinkan.'Rancak di labuah', begitu perandaiannya.

Sudah saatnya 'cinta selokan' dimasyarakatkan. Peran Pak Wali sangat menentukan. Pantas peran 'Forum DAS' Kota Padang dimaksimalkan perannya maksimal sampai ke kecamatan dan kelurahan. Tentu, peran lurah juga sangat menentukan. Sudah saatnya Pak Wali bertegas-tegas dan mengevaluasi lurah yang tak mengerti program lingkungan bersih.

Mari kita terus berusaha 'memperelok' kota tercinta ini dalam arti yang sebenarnya. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun