Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Money

Sumbar (Mungkin) Belum Populer Jadi Markas Perusahaan Besar

11 Agustus 2019   21:29 Diperbarui: 11 Agustus 2019   22:01 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabrik gambir milik investor asing di Kabupaten Limapuluh Kota tak lagi beroperasi karena sengketa dengan masyarakat setempat. Akibatnya, ratusan karyawan terpaksa dirumahkan dan 13 tenaga teknis asing dipulangkan ke negaranya. (FOTO: DOK. KORAN PADANG)

TIDAK perlu pesimis melihat tahap pembangunan di Sumatra Barat. Memang, banyak juga perusahaan besar gulung tikar di 'kampuang awak' ini. 

Mari kita sebut yang besar-besar saja. Rimba Sunkyong di Bungus, Poliguna Nusantara dan Asia Biskuit di Tabing, Sumatex Subur di Lubuk Begalung, pabrik obat di Kasang dan Ladang Padi, pabrik getah di Ngalau Payakumbuh, tenun Silungkang di Sawahlunto dan Kubang Limapuluh Kota, tambang batubara di Sawahlunto, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Di antara perusahaan besar itu, satu demi satu tutup karena beragam problema. Misalnya, bahan baku sulit didapatkan. Rimba Sunkyong tiap hari butuh berkubik-kubik kayu mentah, sementara kayu di hutan Sumbar ataupun hutan Sumatra sudah habis. 

Boleh dikatakan sekarang gundul, terutama pohon kayu berukuran besar. Tak mungkin pabrik kayu di daerah ini didatangkan bahan bakunya dari Papua, Kalimantan, atau kawasan Indonesia Timur. 

Begitu juga Sumatex Subur, mendatangkan bahan dari Jakarta, dipasarkan lagi ke Jakarta. Kenapa tak dibangun di Jababeka Bekasi? Tangerang? Inilah problemanya.

Begitu banyak problema dan tantangan sebenarnya yang berkaitan dengan keberadaan perusahaan raksasa di daerah ini. Ada lagi PT Semen Padang. 

Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan beberapa tahun lalu, PT Semen Padang resmi bergabung di bawah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Boleh dikatakan, bahwa daerah ini sepertinya tidak populer jadi markas perusahaan besar. Jangankan yang besar, kecil saja begitu susahnya. Belum lagi kita sebut Minang Mart. Banyak labelnya yang kini berubah nama jadi Madani Mart dan 'mart-mart' lainnya.

Bisakah disimpulkan Sumbar bukan daerah yang punya masa depan germilang sebagai tempat mangkalnya pabrik raksasa? Mungkin saja sudah ditakdirkan demikian.

Lain halnya yang berkaitan dengan ikan hasil lautnya. Sudah sepantasnya ada pabrik pengalengan ikan raksasa di kawasan pantai barat. Sebab, bahan bakunya berupa ikan laut luar biasa banyak di daerah ini. 

Kita punya lautan luas yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia sampai ke wilayah Afrika. Begitu juga pengalengan daging beku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun