Mohon tunggu...
Adiba R Salsabila
Adiba R Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - diba

Seorang Mahasiswi yang masih menggali Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Terlalu Fokus dengan Konsumen, Terkadang Perusahaan Melupakan Integrasi Internal

18 Agustus 2021   15:05 Diperbarui: 18 Agustus 2021   15:05 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Corporate Culture matters. How Management chooses to treat its people impacts everything for better or for worse." -- Simon Sinek

Setiap manusia pasti memiliki pedoman dalam hidupnya. Pedoman yang membimbinya dalam menjalankan kehidupan dan bagaimana mereka berperilaku di lingkungannya.

Budaya merupakan salah satu pedoman dalam hidup -- termasuk dalam menjalankan organisasi.  

Menurut Daft, Richard L. (2018:431), Culture dapat didefinisikan sebagai "the set of key values, assumptions, understandings, and norms that is shared by members of an organization and taught to new members as correct." Artinya, budaya merupakan seperangkat nilai kunci, asumsi, pemahaman, dan norma yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi dan diajarkan kepada anggota baru sebagai benar. Norma disini mengacu pada standar bersama yang ada di sebuah lingkungan yang menentukan perilaku mana yang dapat diterima atau tidak oleh lingkungan tersebut.

Dalam sebuah perusahaan, salah satu indikator pemicu kinerja karyawan ialah budaya. Hal ini dapat berdampak baik maupun buruk pada kinerja karyawan. Oleh karena itu, penting bagi seorang leader untuk membentuk budaya perusahaan yang memang dapat mereka jalankan, agar menjadi contoh bagi para karyawannya.

Dalam bukunya yang berjudul The Leadersip Experience, Daft menjelaskan bahwa budaya melayani dua fungsi penting dalam organisasi.

Pertama, Internal Integration. Hal ini merupakan usaha pemimpin membuat budaya tersebut dapat membantu karyawan dalam mengembangkan identitas bersama dan mengetahui cara untuk bekerja sama dengan efektif dan mengintegrasikan anggota/karyawan sehingga mereka tahu bagaimana caranya untuk saling terhubung satu sama lain. Contohnya budaya perusahaan penyedia jasa ekspedisi PT Citra Van Titipan Kilat atau biasa kita sebut TIKI. Mereka menerapkan budaya perusahaan seperti berikut:

  • Amanah. Pemimpin mengharapkan karyawan yang dapat dipercaya dalam menjalankan tugas dengan jujur dan penuh tanggung jawab. Dengan dijalankannya kedua poin tersebut, maka akan meningkatkan kepercayaan antara pihak internal dengan eksternal perusahaan.
  • Komunikasi. Pemimpin TIKI mengharapkan karyawan yang mampu menyampaikan dan menerima informasi dengan baik dengan tujuan menyamakan persepsi. Dengan komunikasi yang baik, maka akan mengurangi risiko terjadinya gesekan antar karyawan yang berbeda pendapat serta akan memaksimalkan performanya dalam melayani dan beradaptasi dengan pihak eksternal.
  • Komitmen. Seperti halnya arti dari integrasi internal, pemimpin TIKi mengharapkan kesungguhan para karyawan dalam melaksanakan kesepakatan sebagaimana kaitannya dengan poin dua. Kesepakatan bersama akan didapatkan melalui keputusan akhir diskusi atau komunikasi. Dengan begitu, karyawan akan lebih kompak dalam melayani para pelanggan dimanapun mereka berada.
  • Kerjasama. Poin ini sangat berkaitan dengan  integrasi internat diatas. Yakni pemimpin mengharapkan karyawan dapat secara koletif bekerjasama dan saling menghargai untuk mencapai tujuan perusahaan.
  • Pikiran Terbuka. Di era globalisasi ini, para pekerja sudah tidak asing lagi dalam menerima perbedaan diantara mereka. Baik perbedaan suku, ras, agama, keyakinan, dan lainnya. Dengan karyawan yang memiliki pikiran terbuka, pemimpin berharap mereka dapat menerima perbedaan untuk perbaikan perusahaan kedepannya.

Kedua, Eksternal Adaptation. Adaptasi ini merupakan "hasil" dari integrasi internal. Ketika seorang pemimpin berusaha membangun budaya adaptasi, mereka menentukan bagaimana organisasi memenuhi tujuan dan berurusan dengan pihak luar, juga membantu organisasi beradaptasi dengan lingkungan eksternal.

Sebagian besar perusahaan kadang terlalu fokus pada adaptasi eksternal demi dikenal baik oleh banyak pihak dan atau mengejar konsumen. Memang tak dapat dipungkiri, pada perusahaan dagang misalnya, semua pemimpin perusahaan dagang pastinya memiliki pemikiran "customer-oriented".

Namun, bagaimana jika suatu perusahaan atau organisasi mampu memiliki relasi yang baik dengan pihak eksternal, padahal didalam perusahaan tersebut tejadi sikut menyikut antar anggota yang sama-sama ingin menunjukkan kemampuannya berhubungan dengan pihak eksternal?

Mungkin yang berperilaku seperti itu hanya sebagian "oknum". Namun, apabila ditelaah lebih jauh, oknum ini akan berdampak pada keberhasilan perusahaan kedepannya. Terutama pengaruhnya pada kesejahteraan internal dalam perusahaan. Oknum seperti ini umumnya tidak dapat menerima perbedaan yang ada dalam perusahaan, sehingga mereka merasa rekan kerjanya yang berbeda adalah "rival" dalam mencapai tujuan perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun