Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu 2024 dan Iklan Politik di Media Massa

24 Mei 2023   12:25 Diperbarui: 26 Mei 2023   09:35 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi politik di media massa. Sumber: kompas.com/RADITYA HELABUMI

Tak ada yang lagi yang membaca. Saya tanya sama mahasiswa yang saya asuh mata kuliah jurnalismenya, apakah pernah baca koran. Semua anak generasi z ini bilang tak pernah.

Koran basi jika dibandingkan informasi yang bertebaran sejak pagi sampai pagi lagi di media massa daring. Apalagi di media sosial. Jelas makin terjerembap sedalam-dalamnya.

Karena koran sudah mati, masak iya politikus masih mau pasang iklan atau titip berita iklan berbayar alias advertorial di koran. Mungkin masih ada. Namun, jumlahnya sedikit, nominalnya kecil. 

Sudah begitu, masih ada juga koran yang besar kepala. Masih bertahan dengan harga tinggi.

Tahun lalu ada kegiatan bakal calon presiden. Tim humasnya kasih tawaran harga di angka delapan juta rupiah untuk diberitakan halaman satu. 

Satu koran menolak karena merasa kemurahan. Reporter dan bagian iklannya senewen karena manajemen tolak angka sedemikian besar. 

Masih syukur orang mau pasang berita berbayar di koran. Ini malah ada kesempatan justru ditolak.

Tim humas calon bergerak ke media massa koran lain. Dengan harga yang lebih murah mereka bisa pasang di halaman satu. Media besar kepala tadi ya gigit jari. 

Sudah tahu susah cari duit iklan. Begitu ada yang mau pasang malah ditanggapi besar kepala.

Kedua, media massa daring jadi pilihan

Sekarang yang jadi pilihan adalah media massa daring. Setahun belakangan ada bakal calon presiden yang rajin kasih rilis berbayar kepada media massa daring. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun