Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bagaimana Wartawan Bekerja Mengisi Hari-Hari Selama Ramadan?

31 Maret 2023   06:36 Diperbarui: 31 Maret 2023   07:16 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ledi Marina dari iNews. Foto okezone.com

Pekerjaan mencari berita, melakukan reportase, melaporkan berita secara langsung, menuliskan informasi ke editor agar segera ditayangkan, dan lainnya tetap berjalan meski Ramadan. Semua bulan sama saja buat teman-teman wartawan, khususnya lagi mereka yang ada di lapangan secara langsung.

Sebab, ada wartawan yang bekerja tidak lagi ke medan liputan. Mereka kebanyakan di depan komputer atau laptop dan menjelajahi media massa lain juga media sosial. Tugas mereka kebanyakan menyunting berita hasil kiriman reporter di lapangan.

Kemarin misalnya kerja wartawan di Bandar Lampung lumayan keras lantaran ada demo penolakan terhadap UU Cipta Kerja. Meski Ramadan, sejumlah demonstran tetap melemparkan benda ke arah polisi yang berjaga. 

Meski juga Ramadan, polisi tetap menyiadakan mobil penyemprot air untuk menghalau massa. Water canon istilahnya.

Ramadan memang bulan khas dan utama kaum muslimin. Meski demikian, aktivitas manusia justru terjadi peningkatan selama Ramadan.

Buat wartawan, semua fenomena itu menarik untuk disampaikan kepada khalayak pembaca, publik pendengar, dan para penonton. Apalagi ini bisa dikatakan Ramadan pertama yang kita bebas murni dari pandemi. 

Masker sudah banyak dilepas. Cuti lebaran juga sudah ditentukan pemerintah. 

Walhasil, tradisi mudik tahun ini bakal semakin semarak. Bahkan, kata teman jurnalis, akan ada lebih dari seratus juta jiwa yang akan melangsungkan mudik tahun ini.

Kalau sudah begitu, lazimnya, sepuluh hari sebelum Lebaran, kerja wartawan, khususnya yang liputan mudik, makin banyak. Di Lampung, beberapa tempat yang strategis soal mudik ini pasti akan mendapat porsi liputan yang luas. 

Misalnya saja Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Bandar Udara Radin Inten II, Terminal Rajabasa, dan lainnya.

Belum lagi beberapa titik di jalan lintas Sumatera dan tol. Pernak-pernik soal mudik pasti punya daya pikat untuk diwartakan. 

Terlebih soal mudik. Ini pasti nyaris sama seperti yang diliput beberapa tahun lampau sebelum pandemi. Jurnalis akan kejar semua informasi soal pelayanan mudik. Dari yang pakai bus, via jalur laut, lewat jalur udara, juga melalui kereta api.

Konteks keamanan juga makin menarik diikuti. Polisi pasti tak mau kecolongan dalam mengantisipasi mudik ini. Dulu pernah liputan ada serah terima pasukan di Stasiun Kereta Api Tanjungkarang. Beberapa gerbong juga bakal dikawal petugas kepolisian. 

Biasanya pula ada anggota DPR yang turun ke lapangan mengecek kesiapan. Teringat seru kalau sudah berlarian ikuti para legislator itu. 

Tanya semua hal evaluasi mudik oleh mereka dan apa antisipasi dewan agar mitra kerjanya tuntaskan arus mudik dan balik dengan baik. Kadang ikutan rombongan dewan untuk cek kesiapan jalan-jalan raya. Kita bisa tahu berapa titik ada ruas yang rusak dan belum diperbaki jelang arus mudik.

Benar sekarang tiap orang bisa jadi reporter warga. Namun, jurnalis yang dibekali bagaimana ilmu melakukan liputan, tetap punya kans menyajikan karya yang lebih komprehensif dan relevan.

Suasana pasar, mal, dan pusat keramaian sudah tentu jadi objek liputan yang juga menarik. Kita ingin tahu betapa makin semarak orang menyambut Lebaran tahun ini. 

Ini juga barangkali kontras jika kita melongok suasana masjid dan ibadah semakin mendekati Idulfitri. Kata banya ustaz sih, pasar makin ramai, masjid makin sepi. 

Mal makin membeludak, tarawih makin ke depan saf-safnya alias makin sedikit jemaah.

Yang mudik akan siap-siap serius, yang siap-siap iktikaf menyambut malam Lailatulakdar malah kalah bersaing. Entahlah.

Yang jelas, semua fenomena itu, sejak awal Ramadan hingga beberapa hari Syawal pasti mendapat porsi. Media arus utama yang masih punya wadyabala banyak, akan memerintahkan semua reporter kasih berita yang menarik. 

Syukur-syukur banyak dibaca orang. Syukur-syukur tembus algoritma Google. Alhamdulillah kalau viral dan dibagikan banyak orang.

Makin ke sini pejabat pemerintahan juga kemungkinan akan makin sulit ditemui. Musababnya, banyak oknum datang sekadar sapa-sapa sok kenal tapi ujungnya minta jatah THR, ups.

Ini juga tantangan bagi jurnalis yang betulan minta data atau pernyataan pejabat. Untung sekarang ponsel sudah makin maju. 

Wawancara kini bisa dilakukan via telepon atau panggilan WhatsApp. Yang jelas, kerja jurnalis di lapangan tidak bakalan makin mudah di Ramadan ini. Justru tantangan makin besar.

Kesana kemari dalam situasi puasa Ramadan. Kadang emosi sulit ditahan ketika ketemu sesuatu yang jauh dari perikemanusiaan. Stabilitas emosi juga rada terganggu jika porsi kerja malah makin berat.

Isu tunjangan hari raya alias THR juga menarik untuk diwartakan. Padahal, belum tentu juga yang memberitakan nasib THR-nya lebih pasti dari objek yang diwartakan.

Kerja jurnalis ini memang pas dikatakan 24 jam. Kita tak tahu peristiwa itu kapan terjadinya. Semua momentum bisa datang kapan saja.

Tak bisa diramalkan dan kaku jadwal kerja jurnalis di lapangan. Ini bukan ritme kerja ASN dan pegawai pemerintah lainnya yang selama Ramadan mendapat korting waktu kerja.

Jurnalis mesti siaga sewaktu-waktu. Kejadian bisa terjadi kapan saja. Informasi yang masuk ke ponsel wartawan bisa datang kapan saja. Entah dari pembaca media daringnya, bisa juga dari pimpinan kantor.

Ramadan sudah jalan sembilan hari dengan hari ini. Tinggal sehari lagi habis masa 10 hari pertama Ramadan. Sepertinya waktu berlari kelewat kencang dan tahu-tahu sudah mau pertengahan puasa.

Selamat berpuasa teman-teman jurnalis di lapangan. Selamat berpuasa juga untuk para editor di depan layar kerjanya. 

Semoga puasa kita semua lancar. Semoga semua informasi yang disajikan jadi amal baik kita untuk hari-hari ke depan. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun