Terlebih soal mudik. Ini pasti nyaris sama seperti yang diliput beberapa tahun lampau sebelum pandemi. Jurnalis akan kejar semua informasi soal pelayanan mudik. Dari yang pakai bus, via jalur laut, lewat jalur udara, juga melalui kereta api.
Konteks keamanan juga makin menarik diikuti. Polisi pasti tak mau kecolongan dalam mengantisipasi mudik ini. Dulu pernah liputan ada serah terima pasukan di Stasiun Kereta Api Tanjungkarang. Beberapa gerbong juga bakal dikawal petugas kepolisian.Â
Biasanya pula ada anggota DPR yang turun ke lapangan mengecek kesiapan. Teringat seru kalau sudah berlarian ikuti para legislator itu.Â
Tanya semua hal evaluasi mudik oleh mereka dan apa antisipasi dewan agar mitra kerjanya tuntaskan arus mudik dan balik dengan baik. Kadang ikutan rombongan dewan untuk cek kesiapan jalan-jalan raya. Kita bisa tahu berapa titik ada ruas yang rusak dan belum diperbaki jelang arus mudik.
Benar sekarang tiap orang bisa jadi reporter warga. Namun, jurnalis yang dibekali bagaimana ilmu melakukan liputan, tetap punya kans menyajikan karya yang lebih komprehensif dan relevan.
Suasana pasar, mal, dan pusat keramaian sudah tentu jadi objek liputan yang juga menarik. Kita ingin tahu betapa makin semarak orang menyambut Lebaran tahun ini.Â
Ini juga barangkali kontras jika kita melongok suasana masjid dan ibadah semakin mendekati Idulfitri. Kata banya ustaz sih, pasar makin ramai, masjid makin sepi.Â
Mal makin membeludak, tarawih makin ke depan saf-safnya alias makin sedikit jemaah.
Yang mudik akan siap-siap serius, yang siap-siap iktikaf menyambut malam Lailatulakdar malah kalah bersaing. Entahlah.
Yang jelas, semua fenomena itu, sejak awal Ramadan hingga beberapa hari Syawal pasti mendapat porsi. Media arus utama yang masih punya wadyabala banyak, akan memerintahkan semua reporter kasih berita yang menarik.Â
Syukur-syukur banyak dibaca orang. Syukur-syukur tembus algoritma Google. Alhamdulillah kalau viral dan dibagikan banyak orang.