Karyawan juga pasti mengukur diri juga, apakah mereka masih punya tenaga untuk kerja sampingan ataukah tidak. Mereka juga pasti mengukur dengan baik risiko yang ditimbulkan, juga mungkin konflik kepentingan jika ambil side job.
Untuk pimpinan juga mesti bijak. Aturan jangan hanya tajam ke anak buah sementara level pimpinan aman jika melakukan kesalahan.Â
Karyawan mungkin remeh saja mencari penghasilan tambahan. Sedangkan pimpinan acap juga berpeluang melakukan selingkuh kerjaan tapi lebih halus cara mainnya.Â
Misalnya dengan menduduki jabatan publik lain di sebuah entitas yang berhubungan dengan pemerintah.
Kalau mau adil, berhenti dong atau bagian SDM berani memecat pimpinan. Jangan beraninya ke karyawan biasa saja.Â
Itu tidak adil namanya, pisaunya hanya tajam ke bawah, sedangkan ke atas tumpul. Benar-benar tumpul.
Di kantor teman saya, hal itu benar-benar terjadi. Banyak karyawan yang tidak disukai pimpinan kemudian dicari selah untuk diberhentikan.Â
Tapi si pimpinan sendiri malah selingkuh dengan menjadi pejabat publik setingkat provinsi dari elemen masyarakat. Dapat gaji pula. Besar sudah pasti gajinya. Berarti gajinya dobel dong.
Kalau mau adil, si pimpinan tadi keluar saja dari kantor itu. Kalau pimpinan tidak bisa menunjukkan keteladanan, ya jangan harap dihormati anak buah.
Si pimpinan tadi, alih-alih dibehentikan malah dikasih selamat karena dianggap berhasil oleh kantornya. Ini benar-benar menjengkelkan.
Bagaimana di kantor atau perusahaan Anda soal kerja dobel ini? Apakah dilarang tegas dan ada di buku karyawan atau tidak tercantum sama sekali.Â