Semakin ke sini, ancaman dipecat oleh kantor makin santer. Korban pun berjatuhan.Â
Bahkan untuk mereka yang level kesalahannya minim. Walhasil, makin banyak yang kemudian diberhentikan.
Ada yang skemanya diminta mundur karena kalau dipecat kantor tak sanggup bayar. Akhirnya negosiasi saja antara karyawan dan bagian sumber daya manusia (SDM).
Kebanyakan juga sih setahu saya di mana-mana, mereka yang diminta berhenti atau dipecat itu karena sudah tidak disukai pimpinan.Â
Mungkin karyawan biasa itu ada salah. Namun, tidak parah-parah amat. Akan tetapi, di mata pimpinan, kesalahannya tidak bisa dimaafkan lagi, sudah kayak dosa syirik alias menduakan Tuhan.
Karyawan juga ada yang berareka ragam merespons permintaan berhenti dari kantor. Ada yang oke-oke saja karena sejak awal sudah tidak nyaman dengan urusan kerjaan.Â
Ada juga yang teguh bertahan saat negosisasi. Bersedia mundur tapi uang pesangon jangan beberapa kali gaji. Ada yang minta belasan kali gaji. Yang enak sebetulnya dari kantor ada penawaran pensiun dini. Namun, ini agak jarang.Â
Untuk mereka yang sudah malang melintang di sebuah perusahaan dan rasa-rasanya karier mentok, ada bagusnya peluang pensiun dini diambil.
Bagaimana dengan saya sendiri? Saya berhenti setelah sepuluh tahun bekerja di sebuah perusahaan.Â
Selain memang sulit berkembang karena lapisan senior banyak di atas, suasana kerja juga sudah tidak enjoy. Sebab itulah, setelah dipindahtugaskan ke bagian lain, saya menolak halus.Â