Rumah sakit swasta dan pemerintah juga semestinya kasih garansi gratis untuk parkir. Orang berobat itu mengeluarkan duit.Â
Termasuk duit yang saban bulan dibayar ke kasnya BPJS Kesehatan. Orang sakit di mana-mana tidak enak.Â
Orang yang menjenguk orang sakit juga sudah keluar duit untuk beli sekadar buah tangan untuk yang sakit.
Sudahlah kondisi kayak begitu, masih juga dimintai uang parkir. Bahkan, ada kelipatannya kadang-kadang.Â
Sejam pertama dua ribu perak. Tiga jam ke atas naik seribu rupiah.Â
Ujung-ujungnya kalau seharian sepuluh ribu atau lebih. Dikali saja misalnya dengan seratus mobil yang masuk hari itu, sudah berapa.
Saya tetap berketetapan hati bahwa masalah parkir adalah kebebasan warganya. Tiap pengelola bisa menggratiskan sebagai bentuk layanan kepada pengunjungnya. Baik itu minimarket, mal, rumah sakit, hotel, atau toko-toko atau gerai-gerai di tengah kota.
Cari kerja sekarang itu sekarang susah, Adian. Ada yang bilang begitu sama saya ketika beradu argumen soal parkir.Â
Saya bilang, lho saya yang menganggur saja ada keahlian kok. Ya kalau mau uang ya kerja yang benar.Â
Jangan lantas alasan kita butuh kerjaan, malah "memeras" orang lain "meski" cuma dua ribu sampai tiga ribu rupiah.
Kalau mau kerja, ya usaha. Keringatnya mesti keluar. Isi otaknya mesti dipakai. Keterampilannya mesti digunakan. Baru sah dan halal duitnya dimakan. Kalau makan duit dari sumpah serapah orang, bagaimana coba?