Gajah. Lebar. Besar. Telinga besar. Ada gading. Kakinya besar, sekian laporan.
Padahal kita ingin mendapatkan gambaran gajah itu secara utuh hasil dalam pengamatan kita.
Gajah itu mamalia yang sangat besar. Telinganya sangat lebar. Kakinya empat buah kokoh dan besar. Gajah yang dewasa kurang lebih mencapai tinggi sampai tiga meteran. Mamalia ini makan rumput sebagai pakan utamanya.
Jika digambarkan semacam itu kita bisa lebih menerima informasi dengan baik dan tanpa ada potongan informasi yang hilang.
Setakat ini, saya menilai apa yang disajikan narablog di Kompasiana sudah sangat baik. Ada banyak guru, dosen, peneliti, aktivis, mahasiswa, ibu rumah tangga, dokter, ASN, pekerja lepas, pengangguran yang menulis di sini. Kita bisa menikmati ragam tulisan dengan ciamik.
Persoalan kosakata memang menjadi tantangan tersendiri. Termasuk beberapa pilihan kata antara yang baku dan tidak. Maka itu, rajin-rajinlah kita membuka kamus dan menggunakan ragam kosakata di dalamnya.
Saya senang misalnya seorang Kompasianers Suprihati punya kosakata yang cukup baik digunakan. Perhatikan bagaimana Kompasianer ini menulis. Saya menemukan diksi "penganggit" dalam beberapa tulisan narablog yang sering menyebut dirinya Simbok Kebun itu.Â
Apa itu "anggit". Mari simak Kamus Besar Bahasa Indonesia.
anggit/ang*git/ v, menganggit/meng*ang*git/ v 1 menyusun (lalang, bilah, dan sebagainya) berangkai-rangkai dengan dicocok tali, rotan, dan sebagainya: ia ~ lalang untuk dijadikan atap; 2 memasang kulit (pada gendang, rebana, dan sebagainya): ~ gendang; 3 menggubah; mengarang: ia ~ gending asmarandana;
anggitan/ang*git*an/ n 1 barang yang dianggit; 2 gubahan; karangan rekaan. Saya senang mendapat kata baru ini.
Pemerhati bahasa Ivan Lanin juga pernah menulis soal garizah. Apa itu garizah? Makna diksi ini adalah intuisi atau insting. Keren, bukan? Makin banyak kosakata baru yang bisa kita gunakan.