Mohon tunggu...
M. Auliya Adhytama
M. Auliya Adhytama Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membangun Fondasi Mental yang Ampuh dengan "Seni Mencintai Diri"

9 Juni 2025   13:44 Diperbarui: 9 Juni 2025   14:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(source : freepik.com)

Di era yang serba cepat ini, di mana kita dipacu untuk terus produktif, tampil sempurna, dan selalu tampak baik-baik saja di media sosial, mencintai diri sendiri sering terdengar seperti slogan yang terlalu sederhana untuk bisa dijalani. Tapi percayalah, justru di tengah hiruk-pikuk tuntutan dunia modern inilah seni mencintai diri menjadi fondasi penting bagi kesehatan mental yang kokoh.

Saya ingin bicara dengan Anda, bukan sebagai ahli psikologi atau pakar motivasi, tetapi sebagai sesama manusia yang juga pernah merasa lelah, merasa tidak cukup, merasa tertinggal, dan merasa kehilangan arah. Kita semua pernah (atau sedang) berada di titik itu. Dan dari sanalah saya belajar bahwa mencintai diri bukan soal memanjakan diri atau berhenti berusaha, tapi tentang mengenali, menerima, dan merawat diri dengan penuh kejujuran dan kelembutan.

Mungkin kita tumbuh dalam lingkungan yang jarang mengajarkan bahwa kita berhak merasa lelah, kecewa, atau bahkan marah terhadap diri sendiri. Kita diajarkan untuk menuntut kesempurnaan, untuk selalu jadi versi terbaik tanpa diberi ruang untuk menjadi biasa-biasa saja. Akibatnya, banyak dari kita tumbuh dengan ekspektasi yang tak masuk akal terhadap diri sendiri. Ketika gagal, kita menyalahkan diri tanpa ampun. Ketika berhasil, kita merasa masih kurang.

Seni mencintai diri justru lahir dari keberanian untuk mengakui bahwa kita tidak sempurna, dan tidak apa-apa. Ini tentang menyadari bahwa kita punya luka, dan itu tidak membuat kita lebih rendah dari siapa pun. Ini juga tentang memberi ruang bagi diri sendiri untuk bernapas, untuk istirahat, dan untuk tidak selalu berjuang.

Saya tahu, di tengah arus pembanding yang tak ada habisnya dari unggahan prestasi teman di LinkedIn, feed liburan teman di Instagram, hingga standar kesuksesan yang dipajang di mana-mana, mudah sekali bagi kita untuk merasa gagal. Tapi bukankah itu justru alasan mengapa kita harus mulai belajar mencintai diri?

Mencintai diri berarti berani berkata, "Aku cukup" meski belum mencapai target-target yang orang lain anggap penting. Mencintai diri berarti bangun pagi dan berkata, "Aku berhak bahagia" meskipun hari sebelumnya kita menangis semalaman. Ini bukan tentang menjadi egois, tapi tentang menyadari bahwa diri kita juga manusia, dan pantas untuk diperlakukan dengan penuh kasih sayang.

foto penulis (source : dokumntasi pribadi)
foto penulis (source : dokumntasi pribadi)

Kesehatan mental tidak bisa dibangun di atas kebencian terhadap diri sendiri. Ia tumbuh dari penerimaan yang hangat, dari komunikasi yang jujur dengan diri sendiri, dan dari komitmen untuk menjaga diri sama seperti kita menjaga orang-orang yang kita cintai. Anehnya, kita sering lebih mudah berbelas kasih pada teman yang sedih, daripada kepada diri sendiri. Kita tahu harus mengatakan, "Tidak apa-apa, kamu sudah berusaha" kepada orang lain, tapi kita lupa mengatakannya pada diri sendiri.

Padahal, bukankah kita ini rumah pertama dan terakhir bagi diri kita? Kita hidup dalam tubuh ini dengan pikiran ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Maka mencintai diri bukan pilihan mewah, tapi kebutuhan utama. Karena hanya dengan dasar cinta itulah kita bisa berdiri tegak bahkan saat hidup menghempas.

Saya juga tidak mengatakan bahwa ini mudah. Butuh proses panjang dan jatuh bangun. Kadang kita merasa sudah mencintai diri, tapi kemudian kembali mengkritik diri dengan keras. Dan itu juga tidak apa-apa, Karena prosesnya memang tidak linear. Tapi, dengan kesadaran yang terus dijaga pelan-pelan kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri.

Saya percaya, seni mencintai diri akan menjadi kunci penting untuk bertahan dan berkembang sampai kapanpun. Di saat burnout menjadi hal lumrah, di saat tekanan sosial dan ekonomi begitu tinggi, mencintai diri bisa menjadi pelindung batin yang ampuh. Ini bukan sekadar afirmasi positif atau spa sesekali. Ini tentang cara kita berbicara pada diri, tentang bagaimana kita memperlakukan tubuh kita, tentang seberapa jujur kita pada emosi yang kita rasakan.

Kita tidak bisa selalu mengontrol dunia luar, tapi kita bisa menciptakan ruang aman di dalam diri. Ruang di mana kita bisa pulang tanpa takut dihakimi dan tanpa harus selalu kuat. Ruang di mana kita bisa menangis dan tetap merasa berharga. Ruang di mana kita belajar memeluk luka, bukan menyembunyikannya.

Jadi, jika hari ini kamu merasa gagal, merasa tidak cukup, atau merasa kacau ingatlah bahwa kamu masih berharga, kamu tidak sendirian, dan kamu pantas dicintai termasuk oleh dirimu sendiri.

Mulailah dari hal-hal kecil bangun pagi dan mandi, makan makanan bergizi, ucapkan terima kasih pada tubuhmu yang masih bertahan, berikan waktu untuk tidur yang cukup. Jika perlu, cari bantuan profesional, bukan karena kamu lemah, tapi karena kamu cukup berani untuk peduli pada dirimu sendiri.

Inilah seni mencintai diri yaitu bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang hadir untuk diri sendiri setiap hari dengan sepenuh hati. Dan siapa tahu, ketika kita mulai mencintai diri dengan tulus, kita juga akan lebih mampu mencintai dunia, dengan cara yang lebih sehat dan penuh makna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun