Mohon tunggu...
Adhi Ayoe Yanthy
Adhi Ayoe Yanthy Mohon Tunggu... lainnya -

pekerja rumah indonesia, suka baca, senang traveling dan sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat untuk Laki Gendut Bersarung Kotak-kotak Itu

24 September 2012   05:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348464880102747234

oleh Adhi Ayoeyanthy pada 22 September 2012 pukul 21:25 · pak, orang menyebut ini upacara 1000 harimu aku menggumamkan 10.000 harimu mereka mengenang detak kehilanganmu aku mengingat saat kau menghilangkan kedirianmu semata memikirkan kekamian disekitarmu di 10.000 ribu lilin itu menyumbu hatiku untuk gegas percaya kekamian itu disekitarku mungkin menyedihkan tetapi itulah yang menghidupkan arti satu kata peduli pada satu lilin tergambar pahat pesanmu skeptis itu cuma penting dalam kontruksi awal dialektika itu juga perlu aksi bergerak saja urusan sejarah yang membuat pontennya lilin lainnya menyambarku pasca 27 juli perempuan lelaki itu dua tiang penopang kapalmu dalam badai paling hebatpun salah satunya harus bertahan atur layar mau naik atau diturunkan yang penting kapalmu tetap berlayar lilinmu mengerjapkan airmukaku pojok jalan itu orang yang pernah menelikungmu orang yang setia padamu berfoto jejer dalam poster riang terbaca kata katamu dalam satu lilin itu kepentingan itu bisa memperkawan siapa saja makanya perlu keyakinan berbuat saja musuh kawan itu biasa loyal setia juga tidak istimewa tapi keyakinanmu digosok dengan nalar belajarmu jangan cuma sekedar yakin yang begitu itu cuma wilayah yang belum kau sukai untuk dipahami wilayah wali bagimu cuma mitos khan? kepentinganmu apa pak bercakap pada Bagin dalam satu lilin kita harus menjaga jangan pernah biarkan anak Sukarno duduk tawar menawar dengan rezim nalar mudaku cuma ternganga mencerna absurditas dalam pergaulan para anak tokoh orang boleh bilang pak Aryati biasa menghubungimu disaat subuh aku dengan butanya cuma bisa berkata jika itu definisinya sebuah skandal apakah telepon kita awalnya? malam dalam gelisah dibandara cuma pesan sederhanamu nasionalisme itu sederhana jangan sekali kali kamu bicara teritorial dan demarkasi itu bukan ruang kita kau cukup tegaskan adalah hak setiap orang Timor memahami sejarahnya sejarah kediriannya sejarah nilai kopinya ketika kau pahami kulturmu nasionalisme didadamu takkan pernah keliru doa tak perlu kau rancang tulusnya akan meluncur dari bibirmu bagi setiap gumam lorosae, lorosae,lorosae kemarin pak orang memakai motif sarungmu menangnya membuat sejumlah orang gelisah rapat buat dewan syariah hari lainnya seorang duta gelisah memagari kantornya dengan kawat baja minggu sebelumnya seorang remaja tertuduh polisi syariah menggantung diri semata rasa malunya peer Indonesia makin banyak pak sebanyak garis pada sarungmu ingat ketika kita bincang soal aljazair versi garis keras yang semata piaraan negara tak sehat bagi Indonesia raya juga buat gerak Islamnya 1000 hari orang menyebutnya pak 10.000 hari aku mengenangnya dimulai dengan yakinku tak mencium takjimpun kau jadi kyaiku ini upacaraku pak ini sebuah yang pertama bagimu satu lilin satu hari mendialektikakan sejarahku dengan sebagian teorimu [caption id="attachment_207616" align="alignnone" width="300" caption="Gus Dur Muda"][/caption] membangun sorogan kemanusiaan dikepalaku


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun