"Festival ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga sebagai daya tarik wisata yang efektif dalam mengangkat potensi lokal Pandeglang"
Beduk atau dalam bahasa Sunda “Bedug” merupakan salah satu sarana komunikasi dalam tradisi budaya lokal yang sudah dikenal luas masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Keberadaannya, sejak lama sudah ada di Nusantara yang digunakan dalam beragam ritual agama saat itu. Lain itu bedug juga telah menjadi salah satu kearifan lokal yang dimanfaatkan sebagai media komunikasi antar kelompok masyarakat setempat.
Setelah kedatangan Islam di Nusantara, tradisi lokal ini kemudian diadaptasi sebagai bagian dari budaya Islam yang memiliki peran penting dalam banyak aspek kehidupan sosial maupun spiritual keagamaan.
Dalam kehidupan sosial keagamaan, bedug berperan besar dalam syiar Islam. Contoh tradisi menabuh bedug saat malam Takbiran Idulfitri menjadi salah satu tradisi budaya yang masih dipertahankan sebagai ungkapan kegembiraan menyambut lebaran atau hari raya.
Dalam praktik spiritual keagamaan, bedug masih digunakan masjid-masjid, surau atau mushola di sebagian besar daerah sebagai media penanda waktu ibadah bagi umat Islam. Penggunaannya, bedug biasa ditabuh sebelum adzan dikumandangkan sebagai ajakan untuk melaksanakan shalat lima waktu.
Bahkan, hingga saat ini bedug sudah jadi simbol masyarakat Islam di Indonesia, yang masih terus dilestarikan hingga hari ini.
Selain fungsi keagamaannya, tabuh beduk atau menabuh bedug juga memiliki peran penting dalam perkembangan seni budaya masyarakat setempat. Di beberapa daerah, bedug juga digunakan dalam acara kesenian sebagai hiburan rakyat, seperti dalam Festival Gebrag Ngadu Bedug di Kabupaten Pandeglang yang diciptakan sebagai pengembangan dari tradisi “Nganjor Bedug” (berkunjung untuk ngadu bedug) dan tradisi Ngadu Bedug antar kanpung yang secara historis sudah biasa dilakukan sejak lama.
Bedug sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Pandeglang
Di kalangan masyarakat Pandeglang, bedug pernah menjadi salah satu benda sakral – kearifan lokal – yang multi guna. Selain berperan besar sebagai fungsi sosial keagamaan di moment tertentu, bedug juga dimanfaatkan masyarakat sebagai wahana untuk memberikan informasi penting kepada warga setempat.
Salah satu contoh dari kearifan lokal sebuah bedug yakni pada setiap tabuhan bedug memiliki makna tersendiri di kalangan warga kampung. Misalnya, sekali tabuhan bedug menandakan adanya anak-anak meninggal dunia. Tiga kali tabuhan mengindikasikan ada wanita dewasa yang meninggal. Sementara jika tujuh kali tabuhan bedug itu berarti ada laki-laki dewasa yang meninggal.