Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Festival Gebrag Ngadu Bedug, Tradisi Lokal Pandeglang yang Kini Go Nasional

9 Juli 2025   22:22 Diperbarui: 10 Juli 2025   09:45 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu pun ketika menabuh bedug untuk menandakan waktu shalat 5 waktu, ada tata cara menabuhnya. Betapa sakralnya bedug sebagai kearifan lokal, sehingga setiap orang kala itu tidak bisa asal dalam menabuh bedug.

Kearifan lokal tersebut masih dipertahankan masyarakat – khususnya warga kampung – di Kabupaten Pandeglang hingga sekarang.

Seiring perkembangan zaman, sebagian fungsi bedug memang sudah bergeser sebagai media informasi utama dan penanda waktu shalat dalam kegiatan keagamaan. Walhasil, di wilayah perkotaan kini fungsi bedug sudah banyak digantikan alat pengeras suara atau speaker.

Ngadu Bedug sebagai Tradisi Budaya Pandeglang

Tradisi Ngadu Bedug mempunyai sejarah tersendiri sebagai sebuah seni pertunjukan di Pandeglang. Eksistensinya telah menjadi warisan budaya turun temurun dari generasi satu ke generasi berikutnya.

Secara historis, tradisi ini diawali dengan kebiasaan saat bulan Ramadan “Nganjor Bedug” yang artinya mengunjungi kampung lain sambil menabuh bedug sebagai bentuk ajang silatuhahim antar warga kampung.

Nganjor Bedug biasanya dimulai setelah shalat tarawih dan berlangsung hingga menjelang sahur. Kebiasaan tersebut merupakan cikal bakal digelarnya pertunjukan Ngadu Bedug yang kemudian menjadi tradisi unik masyarakat Pandeglang hingga sekarang.

Secara filosofis "Ngadu Bedug" sendiri dimaknai sebagai sebuah arena pertunjukan antar kampung yang saling – sahut - bersahutan melalui cara saling menabuh bedug yang diiringi dengan perpaduan lagu khas secara bergantian. 

Suara bedug yang dihasilkan dari tabuhan bedug tersebut sangatlah unik, iramanya juga terdengar indah dengan lirik lagu yang dibawakan memiliki makna tersendiri sesuai situasi dan kondisi – keadaan – yang terjadi dikehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Berdasarkan literatur sejarah Ngadu Bedug sudah dilakukan di kampung-kampung Kabupaten Pandeglang sejak era tahun 1950-an. Lalu sempat terhenti di era 1960-an, lantaran tradisi ini kerap menimbulkan konflik atau gesekan warga antar kampung. 

Baru di era tahun 1975-an pemerintah daerah mengubah format Ngadu Bedug yang biasanya dilaksanakan di kampung-kampung menjadi dipusatkan di Alun-alun Kota Pandeglang. Hal ini sebagai upaya menjadikan kesenian ini menjadi tradisi formal, sehingga pemerintah bisa mengontrol pelaksanaannya untuk menghindari perkelahian antar kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun