Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menghalau Kemiskinan Ekstrem dengan Menjadi Petani Produktif

6 Desember 2023   17:58 Diperbarui: 7 Desember 2023   02:00 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Kolelet Turus Panen Padi (Dokumentasi Pribadi)

Meski sempat diterpa kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan, para petani di kampung saya akhirnya berhasil memanen padi secara normal dari sawah yang digarapnya.

Memang, tidak semua menghasilkan panen padi normal. Sebagian kecil petani mengakui bahwa hasil panennya menurun dibanding panen sebelumnya. Namun mereka tetap bersyukur dan mengaku akan tetap menanam padi kembali seusai panen ini.

Mereka beralasan, hanya lahan sawah ini yang menjadi tumpuan warga setempat untuk menghasilkan padi dan kebetulan sebagian besar dari mereka memang menggantungkan hidupnya sebagai petani.

Di tengah musim panen padi ini terlihat wajah-wajah mereka terlihat berseri-seri. Bagi mereka, ketika waktu panen tiba merupakan kebahagiaan yang tak ternilai lantaran bisa menikmati hasil jerih payah yang telah mereka kerjakan selama 3-4 bulan ini. Dan doa yang selalu dipanjatkan adalah agar panen berikutnya, hasil panen padi mereka akan lebih baik lagi.

Para petani yang sekarang sedang panen adalah mereka yang sawahnya dekat dengan irigasi. Jadi, kendati musim kering plus terjadi efek domino fenomena El Nino mereka masih bisa panen.


"Alhamdulilah padi yang dipanen cukup bagus, dengan hasil normal, 1 hektarnya bisa menghasilkan padi 6 ton," ungkap salah seorang petani ketika saya jumpai di lokasi panen padi dekat tempat tinggal saya, belum lama ini.

Ia mengatakan, para petani di sini lebih memilih menanam padi, meski kesulitan mendapatkan air. "Karena padi menjadi komoditas yang lebih mudah dijual," katanya.

Menurut penuturan mereka, benih padi yang dipakai adalah sejenis Inpari 32. 'Inpari' adalah singkatan dari 'Inbrida Padi Sawah Irigasi', merupakan padi inbrida yang ditanam di lahan sawah.

Inbrida mempunyai arti varietas yang dikembangkan dari satu tanaman melalui penyerbukan sendiri, sehingga memiliki tingkat kemurnian atau homozigositas yang tinggi.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian, varietas Inpari 32 memiliki beberapa keunggulan diantaranya ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri Strain III, agak tahan terhadap Hawar Daun Bakteri Strain IV, tahan terhadap blas Ras 033, agak tahan terhadap Tungro, namun rupanya memang agak rentan terhadap Wereng Coklat Biotipe 1, 2, dan 3.

Keunggulan lain Inpari 32 adalah rasa nasi pulen dengan kadar amilosa 21,8 persen.

Mereka mengaku mendapatkan bibit benih Inpari 32 berikut sebagian pupuknya dengan cara membeli sendiri. Sebagian benih juga diperoleh dengan menyisihkan hasil panen mereka.

Baca : Kontroversi Nyamuk Wolbhacia

Panen hari ini merupakan benih padi Inpari 32 yang mulai ditanam pada bulan Agustus 2023 yang berhasil dipanen pada akhir November dan awal Desember 2023.

Diakui, awalnya terdapat kendala saat tanam pada saat itu, di antaranya keterbatasan ketersediaan air untuk bercocok tanam. Maklum periode Agustus- September menjadi puncak kemarau, sebelum pada bulan berikutnya -- Oktober -- mulai turun hujan. Namun, hal tersebut masih bisa diatasi sebagian petani setempat dengan memanfaatkan air dari aliran irigasi yang dekat dengan lahan sawah.

Mereka mengungkapkan, padi merupakan tanaman pangan yang paling digemari ditanam petani, lantaran hingga saat ini beras masih sebagai makanan pokok tak tergantikan bagi sebagian besar warga setempat. Sehingga mudah dijual.

Sebagian juga disimpan di rumah untuk bekal makan sehari-hari. Dan Alhamdulillahnya, kebanyakan dari petani di sini secara persediaan cukup untuk makan sampai tanaman padi panen berikutnya.

Panen padi di kampung saya ini menunjukkan bahwa mereka, para petani produktif yang mampu menghalau kemiskinan dengan menjaga ketahanan pangan meski di musim kemarau, dan ini juga membuktikan para petani luar biasa semangat berproduksi sebagai pahlawan pangan.

Baca juga : Belajar dari Kekuatan Syukur dan Kesabaran para Petani

Mengentaskan Kemiskinan Petani Pedesaan

Petani Kolelet Turus Panen Padi (Dokumentasi Pribadi)
Petani Kolelet Turus Panen Padi (Dokumentasi Pribadi)

Petani adalah "Pahlawan Pangan" akronim yang melekat dan selalu dipandang spesial sebagai penjaga ketahanan pangan nasional. Termasuk, di masa pandemik Covid-19 lalu, petani tetap dituntut terus berjerih payah demi menuai padi untuk menghidupi untuk anak-anak bangsa. Tetapi, apakah petani sekarang sudah sejahtera?

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Seharusnya, para petani merasakan kemakmuran dan keadilan. Mereka membutuhkan kehidupan yang lebih sejahtera. 

Sejumlah pengamat menyebut, sudah bukan lagi masanya kita fokus pada peningkatan produksi hasil pertanian, melainkan regenerasi dan pengolahan hasil tani yang diutamakan.

Tentu saja hal ini bukan semata tanggung jawab pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Namun butuh kolaborasi seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi dalam upaya memajukan sektor pertanian, serta mengatasi semua persoalan kemiskinan petani di pedesaan.

Pertanian adalah sumber pendapatan utama bagi sebagian besar di kampung saya, dan padi adalah tanaman pilihan yang dominan. Namun, bukan berarti tidak pernah ada masalah.

Walaupun secara kebutuhan makanan pokok untuk hidup mereka cukup, tetapi memang para petani masih perlu pendampingan yang lebih intensif agar penghasilan mereka lebih meningkat, sekaligus menyejahterakan mereka. Maka secara otomatis tingkat kemiskinan bisa berkurang secara signifikan.

Secara umum, para petani di kampung saya bukan termasuk kategori orang miskin 'banget' sebagaimana deskripsi kriteria kemiskinan - miskin ekstrem - yang digambarkan sebagai lanjut usia, tinggal sendirian, tidak bekerja, difabel, memiliki penyakit kronis/menahun, rumah tidak layak huni, tidak memiliki fasilitas air bersih dan sanitasi yang memadai.

Hidup mereka secara keseharian bolehlah dikatakan sederhana atau secara hanya berpredikat miskin 'materi' saja, lantaran hidup mereka sesungguhnya bersahaja dan sepertinya mereka bahagia dalam bingkai kesederhanaan yang mereka ciptakan sendiri. 

Lagi pula mereka masih mampu melakukan aktualisasi dengan menjadi petani yang berpenghasilan -- memadai - melalui cara panen padi 2-3 kali setahun.

Baca : Tekan Risiko Stunting Melalui STBM

Namun sekali lagi, bukan berarti menjadi petani itu mudah. Mereka setiap hari harus bekerja keras dan berjuang untuk memecahkan setiap persoalan hidup yang bertumpu pada sektor pertanian ini.

Selain persoalan keterbatasan sumber air dan ketersediaan pupuk yang kadang langka, penyediaan bibit yang terjangkau dan berkualitas dari segi produktivitas merupakan salah satu kebutuhan utama petani yang menentukan tingkat keberhasilan panen mereka.

Peningkatan produksi padi sebagai makanan pokok tetap merupakan tantangan utama di pedesaan sebagai upaya mengentaskan kemiskinan, jangan sampai terjatuh ke dalam jurang kemiskinan ekstrem. Sekaligus sebagai langkah untuk mempertahankan swasembada pangan, setidaknya di level pedesaan.

Para petani berharap, ada solusi ketersediaan benih padi unggul yang selain adaptif di lahan kering atau segala musim, varietas padi juga harus dapat dibudidayakan di lahan sawah tadah hujan dengan sistem pengairan yang terbatas. 

Atau dalam istilah pengamat, pemerintah harus melakukan transformasi pertanian guna menjadikan sektor pertanian lebih modern, tahan iklim, dan inklusif, sebagai mana selalu dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian.

Transformasi pertanian ini merupakan kunci masa depan pertanian dan keberlangsungan ketahanan pangan baik ditingkat lokal maupun nasional. Oleh karena itu, sektor pertanian di pedesaan perlu untuk terus di dukung. Walau kelihatan mulai terpinggirkan, karena mobilisasi tenaga kerja pertanian ke industri dan jasa.

Oleh karena itu pula sangat perlu untuk mempertahankan lahan pertanian bagi rumah tangga petani dan perlu kehadiran pemerintah untuk menyediakan solusi inovasi meningkatkan nilai tambah komoditi mentah dan menunjang peningkatan pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan serta modernisasi pertanian.

Modernisasi atau transformasi ini baik dalam bentuk aset maupun teknologi bisa meningkatkan produktivitas melalui peningkatan human capital (kapasitas petani) dan physical capital (luas lahan pertanian).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian telah menyumbang 13.5 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan tenaga kerjanya 34.03 persen. Angka-angka ini cukup penting, apalagi lahan pertanian di Indonesia sangat luas dan masih banyak lahan yang belum dimaksimalkan pula.

Lain itu, dalam bidang usaha pertanian, pemerintah dirasa perlu untuk terus memberikan pendampingan baik dari segi permodalan, pemasaran, dan alat mesin pertanian (Alsintan) sangat penting disegerakan.

Subsidi juga saat ini dirasakan masih perlu untuk mendongkrak tingkat kemiskinan petani. Ini penting lantaran sektor pertanian adalah tulang punggung ketahanan pangan dan kemandirian pangan termasuk juga upaya Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan hingga mencapai titik nol.

Bung Karno pernah berkata "Hidup matinya sebuah negeri, ada di tangan sektor pertanian negeri tersebut" demikian dilansir dari laman kemdikbud.go.id

Ade Setiawan 06.12.2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun