Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kujual Cintaku Sebanyak Takdir Menyiratkan Kematian

23 Januari 2020   16:54 Diperbarui: 23 Januari 2020   17:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: flowerweb.com

"Kaaa ...mu, pengantinnya?"

"Sudah jangan banyak pertanyaan. Segera saja kalian rapihkan diriku dengan segera mungkin."

Dua jam yang sangat membosankan sekali, saat para perias membajak seluruh tubuhku.

"Ternyata anaknya lebih cantik dari ibunya, luar biasa." Para perias berdecak kagum dengan penampilan baruku hasil kerja keras mereka atas karyanya di wajahku.

Lima menit kemudian supir Dosen bahasa calon suamiku datang dan menjemput kami semuanya.

Sebenarnya enggan sekali untuk aku meninggalkan rumah peninggalan ayah. Banyak kenangan yang indah dan memuakkan. Tetapi inilah kehidupan, tidak selamanya semua terjaga dengan manis. Terkadang kita harus merasakan pahit, untuk kemudian memaniskannya lalu menikmati dalam kehidupan.


"Jois, ayo lekas!" Ibu kembali menyandarkan aku untuk segera berlalu dari rumah ayah.

Memandanginya untuk terakhir kali, karena esok rumah ini akan menjadi catatan sejarah saja. Paman Wan akan menempatinya sebab dialah yang berhak atas rumah itu. Menurut perjanjian kakek, Ayah hanya meminjam rumah itu sampai usianya habis oleh waktu dan takdir.

Air mata menetes membasahi riasan yang sudah mempercantik diri.

"Jois, jangan menangis!" Baru pertama kalinya ibu mengusap wajahku dengan saputangan yang disukainya. Entahlah mengapa aku menjadi sangat tidak nyaman. Antara kelkhlasan dan pura-pura menjadi sulit kubedakan lagi pada detik ini. Mungkin saja rasa keibuannya sudah benar-benar memenuhi ruangan gelap dihatinya.

Sampai juga pada akhirnya di gedung yang akan membawa kegadisanku menjadi sejarah pada hari ini. Namun tanpa sengaja mata ini melihat sosok pria yang pernah menjadi keinginan untuk hidupku kedepannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun